Loading ...

Prof Ahmad Izzuddin Terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi Ahli Falak Asia Tenggara, Membangun Jejaring Ilmiah untuk Keselarasan Ibadah Umat Islam

izzudin21

Ketua Umum Southeast Asian Association of Islamic Astronomers (SAAIA) Prof Dr Ahmad Izzuddin MAg menyerahkan SK SAAIA kepada Ketua Delegasi Singapura dalam Muzakarah Falak Peringkat MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura) di Klana Resort Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia. Foto:dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Suasana penuh kebersamaan dan semangat keilmuan menyelimuti Muzakarah Falak tingkat MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yang digelar pada 22–26 Juli 2025 di Klana Resort, Negeri Sembilan, Malaysia. Dari pertemuan prestisius itu, satu kabar membanggakan datang untuk Indonesia: Prof Dr H Ahmad Izzuddin MAg, Guru Besar Ilmu Falak Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, terpilih sebagai Ketua Umum pertama Asosiasi Ahli Falak Asia Tenggara (Southeast Asian Association of Islamic Astronomers/SAAIA).

Prof Izzuddin hadir dalam forum tersebut bersama delegasi Indonesia lainnya, yakni Dirjen Bimas Islam Prof Dr H Abu Rokhmad MAg, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais) Dr H Arsyad Hidayat Lc MA, dan Kasubdit Hisab Rukyat Kementerian Agama RI H Ismail Fahmi.

Pemilihan Prof Izzuddin sebagai Ketua Umum merupakan hasil kesepakatan bersama yang lahir dari semangat integrasi dan kerja sama antarnegara. Meski delegasi Indonesia sempat mengusulkan agar posisi ketua diberikan kepada tuan rumah Malaysia sebagai bentuk penghormatan, namun para peserta dari Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura justru secara bulat meminta Prof Izzuddin menakhodai asosiasi tersebut.

“Ini amanah besar yang saya terima dengan rasa syukur dan tanggung jawab. Semoga menjadi awal baik untuk membangun sinergi ilmu falak di Asia Tenggara,” ujar Prof Izzuddin, yang juga dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najah, Beringin, Ngaliyan, Semarang.

Semangat Kolaborasi Regional

Pembentukan SAAIA bukanlah sekadar simbol persatuan, tetapi merupakan kebutuhan strategis yang didasari oleh kedekatan geografis, kemiripan budaya, dan kesamaan kebutuhan umat Islam di kawasan ini dalam penentuan waktu-waktu ibadah seperti salat, puasa, dan hari raya.

“Saya berdiskusi dengan semua delegasi, mulai dari Indonesia, Malaysia, Brunei, hingga Singapura. Alhamdulillah semuanya merespons positif. Terutama dari Malaysia, seperti Prof Madya Dr Mohd Saiful Anwar dan Prof Dato’ Dr Mohd Zambri, mereka sangat antusias untuk membentuk wadah ini,” tutur Prof Izzuddin.

Baca Juga  Gerindra Demak Laporkan Edy Mulyadi ke Polres

Struktur kepengurusan SAAIA pun terbentuk secara lengkap. Ketua Umum dijabat Prof Izzuddin (Indonesia), dengan Wakil Ketua Prof Madya Dr Mohd Saiful Anwar bin Mohd Nawawi (Malaysia). Sekretaris Umum dipegang Ustaz Shahril Azwan bin Hussin (Malaysia), dan Wakil Sekretaris H Ismail Fahmi SAg (Indonesia). Perwakilan dari Brunei dan Singapura masih menunggu persetujuan resmi dari masing-masing Menteri Agama.

Adapun para penasihat terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka seperti Prof Dr Abu Rokhmad (Indonesia), Prof Dato’ Dr Mohd Zambri (Malaysia), dan Dr H Arsyad Hidayat Lc MA (Indonesia). Kantor pusat SAAIA akan berkedudukan di lantai 7, Gedung Kementerian Agama RI, Jalan MH Thamrin No. 6, Jakarta.

Menyatukan Ilmu, Menguatkan Ibadah

Prof Izzuddin menekankan bahwa SAAIA didirikan sebagai wadah profesional dan ilmiah yang fokus pada pengembangan, pertukaran data, riset, pelatihan, hingga publikasi dalam bidang falak Islam. Asosiasi ini diharapkan menjadi ruang bersama bagi para ahli falak untuk menyatukan pemahaman dan membangun narasi keilmuan yang maslahah, berbasis data dan sains.

“Asosiasi ini bukan hanya tentang menyatukan kalender, tetapi lebih jauh, menyatukan semangat ilmiah dalam melayani umat. Kami ingin membangun jejaring yang kuat dalam bidang ilmu falak untuk mendukung ibadah umat yang lebih terukur dan sesuai syariat,” tegasnya.

Lebih dari itu, SAAIA juga bertujuan meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya ilmu falak dalam kehidupan beragama, serta memperkuat literasi masyarakat terhadap sains Islam yang aplikatif dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Melalui SAAIA, Prof Izzuddin berharap para ahli falak di Asia Tenggara bisa saling bertukar pemikiran dan menghasilkan kajian-kajian yang berdampak nyata bagi umat.

“Ilmu falak bukan hanya milik ahli, tapi menjadi bagian penting dari kehidupan religius kita semua. Dengan sinergi dan niat baik, insyaallah kita bisa memberi kontribusi lebih besar bagi peradaban Islam dan umat,” tutupnya. St

Facebook Comments Box