Gereja Blenduk Kembali Berkilau, Simbol Sejarah dan Harmoni Kota Semarang

Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, hadir mewakili Wali Kota Agustina Wilujeng untuk meresmikan selesainya proses rehabilitasi Gereja Blenduk yang digarap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Foto:dok
SEMARANG (Jatengdaily.com) – Mentari Minggu (7/9) menembus celah awan tipis, memantulkan cahaya lembut pada kubah perunggu Gereja Blenduk yang kembali berkilau. Di kawasan Kota Lama Semarang yang sarat cerita masa lalu, ratusan mata tertuju pada bangunan berusia 272 tahun itu. Sejarah seolah bernafas kembali ketika Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, hadir mewakili Wali Kota Agustina Wilujeng untuk meresmikan selesainya proses rehabilitasi yang digarap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Dengan langkah mantap, Iswar naik ke podium. Suaranya bergetar ringan oleh rasa haru. “Merupakan sebuah anugerah bagi kita semua dapat berada di tempat yang begitu bersejarah ini,” ujarnya, menatap fasad kolonial gereja yang ikonik. “Gereja Blenduk bukan hanya bangunan, tetapi simbol kebanggaan, toleransi, dan keberagaman warga Kota Semarang.”
Rehabilitasi ini, yang memakan waktu setahun dengan anggaran Rp28 miliar, bukan pekerjaan sederhana. Iswar mengakui kompleksitasnya. “Merehabilitasi bangunan heritage tentu sangat berbeda dengan membangun gedung baru. Banyak aturan, ketelitian, dan kehati-hatian yang diperlukan. Proses ini melibatkan banyak pihak agar warisan sejarah tetap lestari.”
Sejak pertama kali berdiri, Gereja Blenduk telah menjadi saksi bisu perjalanan Semarang. Arsitekturnya yang khas, kubah bundar yang menawan, serta pilar-pilar putih yang menjulang, menjadikannya magnet bagi wisatawan. “Setiap orang yang melewati kawasan Kota Lama pasti terpesona oleh keindahan Gereja Blenduk,” kata Iswar. “Tak jarang gereja ini menjadi latar foto wisatawan, kapan pun waktunya.”
Revitalisasi kawasan Kota Lama beberapa tahun terakhir membuat denyut pariwisata Semarang melonjak tajam. Iswar menuturkan, “Sejak 2019, kunjungan ke Kota Lama bahkan melampaui jumlah pengunjung Candi Borobudur. Ini membuktikan bahwa sejarah bisa menjadi daya tarik yang luar biasa bila dirawat dengan cinta.”
Namun, bagi Iswar, keindahan gereja ini lebih dari sekadar destinasi wisata. “272 tahun lamanya gereja ini berdiri, bukan hanya menjadi rumah untuk bertemu dengan Tuhan, tetapi juga menyimpan cerita perjalanan kota yang kita cintai. Ini bukti bahwa kemajuan tidak boleh melupakan akar sejarah,” ungkapnya dengan nada hangat.
Di hadapan hadirin, Iswar mengajak masyarakat untuk ikut menjaga warisan ini. “Gereja ini bukan hanya tempat ibadah, tapi juga simbol keberagaman dan toleransi. Siapapun yang datang ke Kota Lama akan merasakan atmosfer keindahan dan sejarah yang luar biasa di sini.”
Ia menutup sambutannya dengan pesan penuh harapan. “Mari kita jaga bukan hanya bangunannya, tapi juga semangat persaudaraan dan toleransi yang terpancar dari setiap sudutnya. Semoga Gereja Blenduk senantiasa menjadi simbol harmoni, kebersamaan, dan kasih bagi Kota Semarang.”
Sore itu, cahaya matahari kembali menari di atas kubah Gereja Blenduk, seakan mengamini tekad seluruh warga kota: bahwa warisan masa lalu tak boleh sekadar dikenang, tetapi dirawat, dicintai, dan diwariskan kepada generasi yang akan datang. St