SLAWI (Jatengdaily.com)- Musim kemarau membuat sebagian lahan perrtanian di wilayah Kabupaten Tegal dilanda Kekeringan. Bahkan lebih dari 10 hektare tanaman padi di Dukuh Lohdadi Desa Gembongdadi Kecamatan Suradadi, terancam gagal panen.
Untuk mengantisipasi gagal panen, petani terpaksa menyedot air dari sungai sekitar yang juga mulai mengering.
Salah satu petani Nadri, mengatakan lahan miliknya seluas kurang lebih 1,5 hektare yang ditanami padi mulai mengalami kekeringan. Belakangan, dirinya sulit mendapatkan air untuk mengairi sawahnya.
Terlebih, sejak awal April lalu sebagian besar wilayah di Kabupaten Tegal tidak terjadi hujan. Untuk mengantisipasi gagal panen, dirinya terpaksa mengeluarkan biaya tambahan.
“Setiap dua hari sekali, saya mengairi sawah dengan cara menyedot air sungai menggunakan mesin pompa. Sebab, program pengairan bergilir tidak cukup untuk kebutuhan,” katanya, Rabu (3/7/2019).
Hal senada diungkapkan Karnadi petani lainnya. Menurutnya, sejak beberapa bulan lalu hujan tidak lagi turun di desanya. Pernah sekali turun, namun intensitasnya kecil.
“Memasuki musim kemarau ini air semakin sulit didapatkan. Program pengairan bergilir yang diberlakukan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lahan para petani. Akibatnya, banyak para petani yang terancam gagal panen pada tahun ini,” jelasnya.
Karnadi menambahkan, tidak hanya tanaman padi, tanaman lainnya palawija yang ditanamnya juga kesulitan air. Selama kemarau, sebanyak 60 hektare lahan di desa itu tiga hari sekali mendapat giliran pengairan.
“Sumber air disalurkan dari Bendungan Cipero, yang berada di perbatasan Pemalang-Tegal,” tandas Karnadi.
Para warga berharap, pemerintah bisa membuatkan sumur pompa dengan kapasitas besar. Selain digunakan untuk pertanian, sudah barang tentu bisa dimanfaatkan kebutuhan sehari-hari. Seperti halnya yang sudah diberlakukan di Desa Penuntun Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. wing-she
GIPHY App Key not set. Please check settings