SEMARANG (Jatengdaily.com)- Seiring perkembangan teknologi di bidang kedokteran, maka tenaga medis harus bisa mendeteksi dini, terapi mutahir sampai dengan follow up dan rehabilitasi penyakit endokrinologi.
”Sehubungan dengan itu, klinisi dan tim medik baik di pusat pelayanan primer, sekunder, dan tersier harus selalu meningkatkan kemampuan analitik, supaya layanan di masyarakat lebih optimal,” jelas Dr dr Tjokorda Gde Pemayun, Ketua Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XX, Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia (Perkeni) Cabang Jogjakarta, Surakarta, dan Semarang (Joglosemar) 2019, Rabu (10/7/2019).
Acara akan digelar Jumat sampai Minggu (12-14/7/2019), dipusatkan di Semarang. ”Mengusung tema Endocrine Disorders and its Clinical Impacts, pada PIT dan Sendomet (Semarang Endocrine Metabolic Meeting) tahun ini, kami berkolaborasi dengan Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Jateng, Kelompok Studi Tiroid Indonesia (KSTI), dan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) Cabang Semarang.
Kegiatan PIT ini ada workshop bagi dokter umum dan spesialis penyakit dalam, seminar ilmiah, dan pameran farmasi. Juga senam sarasehan dan dimeriahkan gala dinner dan evening music.
Ketua Perkeni Cabang Semarang, Prof Dr dr Darmono mengatakan, untuk memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam aspek endokrin metabolik, dibutuhkan terobosan nonformal bagi para dokter. Diantaranya, dengan pertemuan ilmiah ini. ”Sehingga kita dapat lebih berkualitas dalam menjalankan praktik dokter,” jelasnya.
Ketua Persadia Wilayah Jateng Dr dr K Heri Nugroho, menambahkan, dalam kegiatan ini juga akan sosialisasi pada masyarakat bagaimana bahaya penyakit diabetes, bersamaan senam di Balaikota Semarang, Minggu (14/6/2019). Sebab, prevalensi angka penderita diabetes di Indonesia rata-rata 7%-9%. Diabetes bisa berdampak pada kualitas hidup buruk, serangan jantung dan komplikasi penyakit lainnya. she
GIPHY App Key not set. Please check settings