Di Bawah Bayang-bayang Resesi Ekonomi

6 Min Read

Oleh: Iskandar
Statistisi Ahli pada BPS Provinsi Jawa Tengah

BPS Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 5 Agustus 2020 yang lalu telah merilis angka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah untuk triwulan II/2020. Dalam rilisnya, Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Sentot Bangun Widoyono menyebutkan, ekonomi Jawa Tengah pada triwulan II/2020 secara year on year (y to y) mengalami kontraksi karena tumbuh minus sebesar 5,94 persen.

Ada beberapa fenomena yang terjadi selama triwulan II/2020 sehingga pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tumbuh minus. Pertama, Jumlah kendaraan baru di Jawa Tengah pada triwulan II/2020 jenis sedan turun 59,58 persen jika dibandingkan dengan triwulan II/2019 dan jenis sepeda motor turun 53,53 persen. Kedua, Tingkat Penghunian Kamar Hotel berbintang di Jawa Tengah pada triwulan II/2020 turun 61,19 persen dibandingkan triwulan II/2019.

Ketiga, perubahan kebijakan pemberian THR tahun 2020, di mana pejabat negara eselon 1 dan 2 dan pejabat negara lainnya tidak memperoleh THR, dan tidak adanya komponen tunjangan kinerja pada THR, sehingga menyebabkan belanja pegawai pada triwulan II/2020 menurun tajam 12,46 persen dibandingkan dengan triwulan II/2019.

Keempat, adanya pembatasan dan himbauan kegiatan keagamaan secara mandiri (ibadah Ramadhan dan Idul Fitri) dan daring (Ibadah Paskah dan Waisak), menurunnya aktivitas partai politik karena adanya penundaan Pilkada serentak serta pembatalan aktivitas organisasi berskala nasional (May Day) turut mempengaruhi penurunan konsumsi lembaga non profit.

Kelima, realisasi belanja modal pemerintah triwulan II/2020 mengalami kontraksi sekitar 30,34 persen dan relaisasi pengadaan semen turun 5,66 persen dibandingkan triwulan II/2019. Keenam, turunnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jawa Tengah pada triwulan II/2020 yakni turun sebesar 89,48 persen dibandingkan triwulan II/2019.

Ketujuh, jumlah penerbangan insternasional di Jawa Tengah pada triwulan II/2020 turun signifikan sebesar 91,47 persen dibandingkan triwulan II/2019, dan kedelapan, nilai impor triwulan II/2020 mengalami penurunan dibandingkan triwulan I/2020 yaitu impor barang konsumsi turun 36,56 persen dan impor barang modal turun 72,01 persen.

Beberapa fenomena tersebut terjadi sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Terutama setelah pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada akhir Maret 2020 sebagai akibat adanya warga negara Indonesia yang terpapar virus COVID-19. Kebijakan ini bertujuan untuk membatasi pergerakan atau mobilitas penduduk di ruang publik sehingga diharapkan penyebaran virus corona tidak meluas.

Sebagai imbasnya selama periode 1 April-30 Juni 2020 (triwulan II/2020) terjadi mobilitas penduduk di dalam rumah yang cukup tinggi dan sebaliknya menurunnya mobilitas penduduk ke tempat kerja, sekolah, dan tempat belanja sebagai efek Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH) serta himbauan tidak mudik di saat lebaran atau hari besar keagamaan lainnya.

Sebelumnya pada triwulan I/2020 (1 Januari-31 Maret 2020) pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih tumbuh positif meskipun melambat yaitu sebesar 2,61 persen. Pada periode ini belum ada pengaruh yang signifikan dari pandemi COVID-19 yang mulai terjadi pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China karena belum ada penerapan PSBB. Apabila pada triwulan III/2020, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah terkontraksi lagi maka hampir dipastikan Jawa Tengah mengalami resesi ekonomi.

Pertumbuhan Ekonomi Negatif
Resesi ekonomi terjadi apabila dalam dua triwulan berturut-turut perekonomian suatu wilayah atau negara mengalami kontraksi atau pertumbuhan ekonomi negatif. Untuk kasus negara, Korea Selatan dan Singapura merupakan contoh negara yang terjebak dalam resesi ekonomi.

Perekonomian kedua negara tersebut mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan I/2020 dan II/2020. Karena struktur ekonomi kedua negara tersebut ditopang oleh perdagangan dan ekspor dimana keduanya sangat terpukul di masa pandemi covid-19 ini. Pada saat pandemi covid-19, permintaan barang dan jasa di seluruh dunia mengalami penurunan yang mengakibatkan volume ekspor anjlok. Hal ini perlu diwaspadai oleh Indonesia tidak terkecuali Jawa Tengah.

Perekonomian Jawa Tengah ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan andil sebesar 61,73 persen pada triwulan II/2020. Sedangkan ekspor hanya berkontribusi sekitar 33 persen terhadap perekonomian Jawa Tengah. Dengan demikian, menghindari pertumbuhan ekonomi negatif pada triwulan III/2020 dapat dilakukan dengan memacu konsumsi rumah tangga maupun mempercepat realisasi belanja pemerintah.

Dalam hal ini, bagi penduduk 40 persen terbawah, perpanjangan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) dana desa hingga September 2020 merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan konsumsi penduduk. Ketepatan waktu penyaluran BLT dana desa menjadi syarat dalam mendorong pemulihan ekonomi. BLT dana desa sudah harus tersalurkan 100 persen hingga pertengahan September agar tidak kehilangan momentum dalam pemulihan ekonomi triwulan III/2020.

Selain itu pula, pencairan gaji ke-13 ASN/TNI/Polri dan pensiunan di bulan Agustus 2020 ini dari sebelumnya pada akhir 2020 juga sangat tepat untuk mendorong konsumsi rumah tangga pada triwulan III/2020. Ditambah adanya wacana pemberian bantuan sosial bagi para pekerja yang bergaji dibawah Rp 5 juta. Semuanya bertujuan untuk meningkatkan konsumsi penduduk.

Adanya kenaikan kosumsi akan mendorong permintaan dan produksi barang dan jasa dalam negeri. Di saat yang bersamaan, kebijakan moneter seperti penurunan suku bunga akan efektif terhadap pelaku usaha untuk menaikkan produksinya. Penduduk yang bekerja pada sektor formal akan kembali bekerja sehingga perekonomian kembali pulih. Demikian juga pemberian bantuan modal terhadap pelaku UMKM, ultra mikro dan koperasi akan efektif apabila dibarengi dengan peningkatan permintaan barang dan jasa di masyarakat.

Namun kunci semuanya adalah kedisiplinan semua pihak dalam mentaati peraturan protokoler kesehatan sehingga isu kesehatan tidak menjadi parah dan recovery ekonomi bisa cepat dan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III/2020 bisa tumbuh positif sehingga menghindarkan Jawa Tengah dari badai resesi ekonomi. Jatengdaily.com-yds

0
Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Privacy Preferences
When you visit our website, it may store information through your browser from specific services, usually in form of cookies. Here you can change your privacy preferences. Please note that blocking some types of cookies may impact your experience on our website and the services we offer.