in ,

Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Oleh: Ir Laeli Sugiyono MSi
Statistisi Ahli Madya pada BPS Provinsi Jawa Tengah

APABILA pendapatan nasional suatu negara mengalami kemerosotan selama enam bulan berturut-turut, dari tahun ke tahun, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut mengalami resesi ekonomi. Melihat kondisi perekonomian Indonesia selama Pandemi COVID-19 yaitu dua triwulan berturut-turut: triwulan II dan III tahun 2020 mengalami kemerosotan ekonomi, yang ditandai dengan tekontraksinya pertumbuhan ekonomi year on year (yoy) pada kedua triwulan tersebut di mana pada triwulan II tahun 2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi -5,32, dan pada triwulan III tahun 2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi -3,49.

Tak pelak lagi Indonesia kini dilanda resesi ekonomi. Setiap negara yang terpapar COVID-19 hampir pasti juga dilanda resesi ekonomi, Negara-negara yang dilanda resesi ekonomi lebih awal dari Indonesia, antara lain: Jepang, Filipina, AS, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Hong Kong, Inggris, dan Singapura.

Keadaan yang sama juga tejadi di Jawa Tengah, di mana selama triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah terkontraksi -5,94% dan selama triwulan III 2020 pertumbuhan ekonominya terkontraksi -3,93%. Dampak Pandemi COVID-19 bagi Jawa Tengah terasa lebih dalam bila dibandingkan dengan tingkat nasional. Kendati demikian dengan diberlakukannya kondisi masa normal baru pandemi COVID-19, geliat ekonomi Jawa Tengah sudah mulai menunjukkan perubahan sebaliknya atau rebound tumbuh positif bila dibandingkan dengan keadaan triwulan sebelumnya, yang tumbuh sebesar 4,66% sedikit lebih rendah bila dibandingkan nasional yang tumbuh 5,05%.

Lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 68,73 persen. Sementara dari sisi pengeluaran dicapai oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) yang meningkat sebesar 23,16 persen.

Lapangan Usaha Industri Pengolahan mendominasi struktur ekonomi Jawa Tengah pada Triwulan III-2020 dengan kontribusi sebesar 33,72 persen, dan dari sisi pengeluaran didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dengan kontribusi sebesar 60,29 persen.

Menjaga Pertumbuhan
Mekipun pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah secara yoy belum rebound, dengan adanya pertumbuhan positif q to q maka momentum pertumbuhan ini perlu dijaga dan ditingkatkan ke depannya, yang tujuan akhirnya adalah agar tercipta adanya pertumbuhan ekonomi yoy positif yaitu dengan memitigasi pertumbuhan ekonomi (sebagian dikutip atas usulan MH Said Abdullah Ketua Badan Anggaran DPR RI), antara lain yaitu:

Pertama, menjaga konsumsi rumah tangga tetap stabil. Golongan masyarakat yang paling rentan terkena dampak fluktuasi ekonomi adalah golongan masyarkat miskin. Oleh sebab itu, perlu mendapatkan proteksi dan dukungan dari pemerintah melalui mekanisme APBN, dalam bentuk bantuan sosial, transfer, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), hingga Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sedangkan bagi masyarakat menengah, dengan memberikan insentif bagi pendapatannya agar mampu mempertahankan daya beli mereka terhadap konsumsi barang jasa yang mereka lakukan.

Kedua, menyiapkan iklim investasi yang kondusif bagi calon investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia terutama Jawa Tengah. Baik yang bersifat portofolio maupun Foreign Direct Investment (FDI), untuk menjaga liquiditas ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Oleh sebab itu, perlu didukung dengan kebijakan yang memangkas peraturan, biaya dan birokrasi yang rumit, dengan segera menyelesaikan omnibus law terkait investasi, perdaganan dan perpajakan dan pembangunan infrastruktur fisik yang sudah selesai, diharapkan bisa menekan ekonomi biaya tinggi.

Dalam konteks kewilayahan Jawa Tengah, penyediaan kawasan Industri Kendal dan pengembangan kawasan industri terpadu Batang. Setidaknya dapat mendorong meningkatkan investasi baik yang bersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Ketiga, mendorong belanja pemerintah yang produktif. Pemerintah mesti konsisten menjaga kinerja belanja publiknya, terutama belanja produktif seperti belanja modal untuk dapat menjaga dan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tahun 2020. Belajar dari pengalaman tahun 2019, pemerintah harus lebih optimal dalam menyerap belanja modal tahun 2020, sehingga efek ganda (multiplier effect) yang dimilikinya bisa berdampak lebih besar ke sektor riil ketimbang belanja pegawai atau belanja barang.

Keempat, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tema kebijakan fiskal tahun 2020 adalah APBN untuk akselerasi daya saing melalui inovasi dan penguatan sumber daya manusia. Fokus Pemerintah untuk memperkuat pendidikan vokasi sudah tepat, tinggal bagaimana mencari titik temu dengan kebutuhan industri.

Tentu, nantinya diharapkan peningkatan kualitas pendidikan vokasi mempunyai potensi untuk meningkatkan surplus dan nilai tambah ekonomi, dengan merubah struktur remitansi dari pekerja informal (domestic helper) ke tenaga terlatih yang profesional, untuk semua profesi yang banyak diminati saat ini dan di masa yang akan datang. Sehingga produk dan jasa yang dihasilkan mampu bersaing secara global.

Kelima, sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pasca berlalunya booming barang-barang komoditas, Indonesia perlu memiliki sumber pertumbuhan ekonomi baru yang relevan dengan potensi yang kita miliki saat ini. Ada dua potensi yang sangat mungkin kita pacu perkembangannya, yaitu: industri wisata dan produk halal. Dalam laporan World Economic Forum (WEF) sektor pariwisata menyumbang lebih dari 10 persen dari PDB dunia.

Kita beerharap nilai transaksi ekonomi yang diciptakan akibat kegiatan pariwisata (direct economic transaction) akan memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Begitu pula industri halal, berdasarkan laporan Global State of Islam Economic, dari total industri halal dunia tersebut, Indonesia berkontribusi sekitar 10 persen dari total nilai ekonomi halal dunia tersebut. Kita memiliki peluang yang sangat besar menjadi produsen industri halal terbesar di dunia, sehingga nantinya bisa meningkatkan nilai perdagangan dan ekspor nasional. Jatengdaily.com-yds

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Habib Luthfi Raih Doktor Honoris Causa dari Unnes

Tren Kasus COVID-19 di Semarang Menurun