JEPARA (Jatengdaily.com)- Virus Corona (covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru-baru ini ditemukan. Tak hanya di Indonesia, virus corona menjadi masalah pelik yang terjadi di banyak negara, terutama dalam sektor pendidikan. Sekolah daring merupakan solusi yang diberikan pemerintah di tengah masa pandemi corona (Covid-19).
Masyarakat mengeluh karena pembelajaran yang semula dilaksanakan secara tatap muka menjadi daring. Kegiatan belajar mengajar menjadi sedikit berbeda dan banyak adaptasi baru yang harus dilakukan. Tak hanya guru dan siswa yang terjebak dalam permasalahan ini tetapi para orang tua juga ikut merasakan dampaknya. Kendala yang bervariasi pun hadir ketika mereka mendampingi anak belajar di rumah.
“Saya sedikit kesulitan untuk mengajari anak saya belajar di rumah karena pelajaran SD sekarang ini berbeda tingkat dengan yang saya pelajari dulu”, ucap Heni Fitryani, Rabu (28/10/2020)
Dikatakan berbeda, menurutnya memang materi pelajaran menjadi lebih sulit dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Selain itu, pembelajaran daring mengharuskan anak untuk lebih banyak belajar di rumah. Siswa datang ke sekolah hanya sepekan sekali dan pulang membawa setumpuk tugas.
“Anak saya ke sekolah hanya untuk mengumpulkan tugas dan penjelasan dari guru singkat sekali”, kata Heni.
Merespon keadaan tersebut, Kiki Ismah (20) sebagai peserta KKN RDR 75 UIN Walisongo Semarang mengadakan pendampingan belajar intensif kepada para siswa SD warga desa Kalipucang Wetan, kecamatan Welahan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari dengan siswa kurang lebih 15 orang. Siswa kelas tiga sampai lima mendapat jadwal pagi hari pukul 09.00 WIB dan kelas enam pada malam harinya pukul 18.30 WIB.
Pendampingan belajar merupakan program kerja individu yang harus dilaksanakan setiap mahasiswa KKN untuk mengabdi kepada masyarakat. Kegiatan ini dapat membantu para siswa SD untuk lebih paham tentang materi yang sedang mereka hadapi.
“Saya mengadakan kegiatan pendampingan belajar bukan sekedar untuk memberikan jawaban terhadap soal-soal yang sulit bagi mereka. Saya lebih mengutamakan cara mereka belajar, yaitu bagaimana mereka dapat membaca teks dengan benar, memahami apa yang mereka baca, dan bagaimana mereka berpikir”, ucap Kiki, Rabu (28/10/2020)
Ia menilai bahwa kualitas belajar mereka semakin menurun setelah pandemi. Para siswa masih ada keinginan untuk belajar dan mempertanggungjawabkan semua tugasnya. Tetapi mereka tidak mampu memahami materi pelajaran dengan baik. Dengan demikian, Kiki (20) memutuskan untuk memperbaiki cara belajar mereka dan berharap mereka dapat berkembang lebih baik.
“Semangat belajar mereka tinggi, tetapi yang mereka kejar bukan ilmunya. Mereka sebatas menggugurkan kewajiban dari sekolah. Padahal, untuk mendapatkan ilmu memerlukan proses yang panjang dan kesabaran penuh. Saya memutuskan untuk mengajari mereka satu persatu meskipun dalam praktiknya memerlukan waktu yang tidak sedikit”, pungkasnya. Penulis Kiki Ismah Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. she
GIPHY App Key not set. Please check settings