UNGARAN (Jatengdaily.com) – Pemerintah menggelontorkan dana Rp 3,5 triliun di luar gaji ASN di bidang pendidikan vokasi, untuk me-link and match– kan atau ”menikahkan” sekolah vokasi, yakni politeknik, SMK, dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dengan Industri Dunia Usaha dan Dunia Kerja (Iduka).
Hal itu ditegaskan Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto ST MSc PhD saat memberikan arahan pada Sarasehan ”Pernikahan” (link and match) LKP dan Iduka di Kampus LKP Eka Mulya, Ungaran, Kabupaten Semarang, Sabtu (15/8/2020).
Bersama Direktur Kursus pada Direktorat Kursus dan Pelatihan, Kemendikbud Dr Wartanto, kehadiran Wikan benar-benar memberi semangat kepada insan LKP di seluruh Jawa Tengah yang hadir dan diundang untuk melakukan penandatanganan dengan Iduka.
”Sama halnya dengan pendidikan formal, pendidikan vokasi di dunia ini sangat penting. Semuanya penting dan punya kekuatan sendiri-sendiri. Siapa bilang Lembaga kursus kalah penting dari politeknik, siapa yang bilang SMK lebih penting dari pada LKP, datang ke saya saya suruh minta maaf dan saya ajak push up bersama,” katanya berkelakar.
Sebab, Indonesia membutuhkan semuanya. Indonesia butuh seluruh lapisan padat kompetensi dan porsi yang sama-sama pentingnya. ”Oleh karena itu, kami tidak pernah menganggap LKP lebih tinggi atau lebih rendah dari pada yang lain. Dan itu semua adalah vokasi.”
Wikan menegaskan, vokasi kebijakannya hanya satu ”pernikahan” atau link and match. Untuk me ”link and match”, atau untuk ”menikahkah” Polteknik, SMK, LKP dan IDUKA, di luar gaji ASN, untuk tahun ini dikucurkan dana Rp 3,5 triliun.
”Anggaran itu semata-mata untuk ”menikahkan” mereka pada tahun ini saja. Betapa pemerintah serius dalam me-link and match-kan politeknik, SMK, LKP dengan Iduka,” ujarnya.
Wikan menjelaskan, apa itu link and match, kalau Politeknik dan SMK minta menikah dengan industri. Kurikulum dibikin bersama, diajar bersama, uji sertifikasi kompetensi sampai penyerapan plus magang. LKP juga sama.
”Itu maknanya adalah kalau LKP itu tidak berbeda dengan politeknik, maka LKP harus mau kami callenges (tantangan) dengan callenges yang sehebat politeknik dan SMK,” tegasnya.
Yaitu menikah dengan lima paket. Pertama, kurikulum dibikin bersama dengan industri (ini sudah bahkan sudah baget). Kedua instruktur industri masuk ke LKP, mengajar (juga sudah), ” Malah menikah dengan pengajarnya,” selorohnya.
Ketika, pemagangan (sudah ada, industri juga masuk ke LKP). Keempat sertifikasi kompetensi. Itu yang nge-cap atau men-stempel bahwa ”ini nasi pecel istimewa pesanan industri”. Artinya diberi nasi gado-gado, Iduka tidak bakalan mau, karena meski kompeten tidak cocok.
”Yang kelima, ternyata banyak politeknik dan SMK yang harus belajar ke LKP Eka Mulya. Iya sih pucuk gunung, tapi ternyata ini mutiara di pucuk gunung. Di mana pernikahan sudah terjadi. Mungkin banyak kampus politeknik dan SMK yang harus ke sini bukan mempelajari sistemnya, tetapi mempelajari leadership pemiliknya. Ini contoh betul, ini contoh leadership yang sebenarnya,” katanya.
Menurut dia, lima hal tersebut di atas sudah ada Perpres dan Permendikbud-nya. Sebab, LKP pilarnya ekonomi bangsa. ”Bagaimana nggak pilarnya. Sangat efektif dan efisien. Ibarat kalau masak di PT 4 tahun jadi 1 orang. 3 tahun SMK. Di sini masak dua bulan jadi 1 orang yang siap kerja.”
LKP Eka Mulya Ungaran, misalnya dalam setahun ini bisa meluluskan 1.600 orang, 70 persen terserap Iduka, 30 persen mandiri, dan sudah melahirkan 26 pengusaha konveksi atau garmen. Dan itu hanya dilatih 2 bulan, bayangkan di SMK harus 3 tahun sekolah, di politeknik harus kuliah selama 4 tahun untuk dapat degree/ sarjana terapan.
Dia berharap, jika hal seperti LKP Eka Mulya bisa diterapkan di seluruh Indonesia, maka vokasi sebagai pilar bangsa terbukti. Di setiap negara manapun, Jerman, Jepang, Swiss, ciri-cirinya pendidikan vokasinya sangat maju.
Perguruan Tinggi, SMK, dan LKP. Kalau Indonesia mau maju sadarlah, jangan hanya berfikir anak-anak masuk SMP dan SMA/SMK fauntuk vorit.
Ini yang favorit sebenarnya. Ini cuma 1.200 m2 persegi, tahun ini kita 50.000 orang untuk pelatihan kecakapan kerja dan 16.000 orang kita biayai untuk pelatihan kewirausahaan. Uang banyak menjadi sedikit kalau kita nggak bisa ngecakke. Tapi uang sedikit akan menjadi banyak kalau bisa ngecakke.
Jepang kalah perang 1945. Yang diitung oleh kaisar adalah berapa jumlah guru yang masih hidup. berarti investasi kita adalah pendidikan. st
GIPHY App Key not set. Please check settings