DEMAK (Jatengdaily.com) – Banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang bertumbangan mengundang banyak pihak prihatin. Terlebih ketika negeri ini menghadapi gelombang kedua meningkatnya jumlah pasien terkonfirmasi COVID-19 pascalebaran. Keberadaan nakes menjadi wajib hukumnya untuk keselamatan bangsa, di samping peran serta masyarakat terkait kepatuhan protokol kesehatan (prokes).
Saat mengkampanyekan gerakan #savenakes Ketua PPNI Jateng Dr H Edy Wuryanto SKp MKp menyampaikan, tidak ada yang tahu kapan pandemi berakhir. Parahnya, bukannya berkurang jumlah pasien terpapar, malah muncul varian-varian baru. Maka itu kondisi nakes sebagai bagian dari ‘pasukan tempur’ melawan COVID-19 harus benar-benar diperhatikan.
Terlebih hingga kini rata-rata 20-40 persen nakes termasuk perawat di dalamnya terpapar virus corona karena faktor kelelahan, di samping adanya komorbid.
“Khususnya Kabupaten Demak dari 1.200 anggota PPNI, sekitar 200-an di antaranya telah terpapar COVID-19. Lima di antaranya gugur dalam tugas bulan lalu, saat menangani lonjakan jumlah pasien terkonfirmasi covid-19 pasca-lebaran,” ujar Ketua PPNI Kabupaten Demak H Soekardjo SKM MKes, saat mendampingi kunjungan ke Komisariat RSUD Sunan Kalijaga, Sabtu (3/7/2021).
Sehubungan itu PPNI mendorong agar pemerintah segera memberikan hak insentif para nakes sebagai reward atas risiko keselamatan dalam bertugas. Sebab selain alat pelindung diri (APD), nakes juga sangat membutuhkan support vitamin untuk tingkatkan imun dan menjaga stamina saat bertugas.
“Sejauh ini di Jawa Tengah saja menurut data di lapangan realisasi insentif untuk nakes baru pada kisaran 7,9 persen. Angka tersebut tentu jauh sekali dari harapan, mengingat tugas tanggung jawab mereka sebagai garda terdepan penangan medis pasien terkonfirmasi COVID-19 yang tentunya berisiko tinggi,” ujar Edy Wuryanto yang juga anggota Komisi IX DPR RI dari FPDIP itu.
Sehubungan itu gerakan #savenakes gencar disuarakan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Utamanya di saat pemerintah menerapkan PPKM darurat untuk menekan laju penambahan jumlah kasus covid-19 di Jawa – Bali pada 3-20 Juli 2021.
Di sisi lain, lanjut Edy Wuryanto, penanganan covid-19 harus dengan gotong royong. Pemerintah, nakes, bahkan masyarakat juga memiliki peran penting dalam upaya menurunkan angka kasus COVID-19.
“Kalau hulunya tidak diperbaiki maka hilirnya akan crowded. Rumah sakit penuh. PPKM darurat merupakan golden time untuk memperbaiki bagian hulu ini. Kunci suksesnya ada dua. Kepala daerahnya tegas, rakyatnya aktif berpartisipasi. Gotong-royong,” imbuhnya.
Pada saat sama, menurutnya, gugus tugas tingkat desa harus diperkuat. Mengingat sejumlah kematian pasien COVID-19 terjadi beberapa hari terakhir saat menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Penyebaran tidak terkontrol di masyarakat karena mereka tidak paham. Nakes puskesmas hendaknya lebih sering turun ke lapangan memberikan advokasi cara penanganan pasien covid-19, hingga pencegahan penularan,” kata dia.
Di sini pentingnya puskesmas sebagai pusat informasi dan pelayanan kesehatan masyarakat. Selain home visit dan home care, pemetaan wilayah berdasarkan jumlah warga terpapar COVID-19 penting, untuk optimalisasi penanganan. rie-yds
GIPHY App Key not set. Please check settings