SURAKARTA (Jatengdaily.com) – Generasi muda sangat menentukan keberlangsungan bahasa. Jika anak muda sudah tidak mau menggunakan bahasa daerahnya, dapat dipastikan bahasa tersebut terancam mati atau punah.
Hal itu dikatakan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D. dalam pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu 2021 yang digelar Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah di Hotel Lorin, Solo, pada 20 November 2021.
“Upaya revitalisasi yang paling baik berbasis sekolah. Oleh karena itulah, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memilih sekolah untuk melaksanakan kegiatan ini,” kata Aminudin.
Amin menjelaskan, menurut penelitian UNESCO, setiap minggu ada bahasa yang mati. Saat ini banyak bahasa daerah di Indonesia yang mengalami penurunan vitalitas. Dengan begitu, bahasa daerah, termasuk bahasa Jawa, harus terus dijaga kelestariannya.
Aminudin menyatakan bahwa penurunan pemakaian bahasa daerah disebabkan perubahan sikap penuturnya. Sikap bahasa para penutur pada zaman sekarang ini sudah mengalami banyak perubahan.
“Hal itu memengaruhi pemertahanan bahasa. Atas dasar alasan itulah mengapa revitalisasi perlu dilakukan, terutama untuk anak usia sekolah,” jelas mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI London itu.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Ganjar Harimansyah, menambahkan bahwa berkaitan dengan program revitalisasi, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah telah mengundang para guru bahasa Jawa untuk menyusun model pembelajaran.
Selanjutnya, para guru di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah itu melakukan program diseminasi untuk guru SD dan SMP di daerahnya. Mereka juga menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di tingkat kabupaten yang didukung oleh Dinas Pendidikan di kabupaten/kota di Jawa Tengah.
“Umumnya para guru bersemangat mengikuti diseminasi pembelajaran tersebut. Bahkan, dari kegiatan tersebut, ada daerah yang menghasilkan buku model pembelajaran. Hasil seleksi lomba FTBI di tingkat kabupaten kemudian dikirim untuk mengikuti festival di tingkat Provinsi Jawa Tengah,” tutur Ganjar.
Salah satu guru pendamping siswa, Diah Kusumaning Bratangalun, M.Pd., mengatakan bahwa para guru di daerah sangat antusias dengan Festival Tunas Bahasa Ibu yang digelar Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan FTBI tersebut membuat guru-guru bahasa Jawa di daerah bersemangat.
“Kami melakukan seleksi FTBI mulai dari tingkat kecamatan. Karena masih dalam masa pandemi, seleksi dilakukan dengan daring dan luring. Siswa yang kami kirim merupakan siswa yang terbaik di bidangnya,” ungkap Diah.
Acara pembukaan FTBI tersebut juga diisi dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dengan Universitas Veteran Bangun Nusantara, Universitas Muhammadiyah Semarang, dan Universitas Peradaban. Selain itu, juga dilakukan penyerahan penghargaan untuk sekolah-sekolah di Jawa Tengah yang berhasil meraih Apresiasi GIAT UKBI Adaptif Merdeka. st