Saat Mahasiswa KKN UNDIP dan Remaja Kendal Bahas Pernikahan Dini

Kegiatan mahasiswa KKN UNDIP di Kelurahan Campurejo, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Foto: dok
KENDAL (Jatengdaily.com) – Pandemi COVID-19 tidak hanya menimbulkan masalah di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, namun juga adanya peningkatan kasus pernikahan dini. Selama wabah COVID-19 menyebar, tercatat jumlah pernikahan dini di Kabupaten Kendal pada bulan Januari-Juli 2020 mencapai 179 kasus. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun 2019, yaitu 125 kasus.
Dilansir dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Boja pada tahun 2020, Kelurahan Campurejo menyumbang sebanyak tujuh laki-laki menikah di bawah usia 25 tahun dan empat belas perempuan menikah di bawah usia 21 tahun. Kasus ini menjadi bukti bahwa remaja belum mengetahui anjuran Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang usia ideal menikah, yaitu 25 tahun untuk laki-laki dan 21 tahun untuk perempuan.
Dandi Hermawan, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim I tahun 2021 Universitas Diponegoro (Undip) menggagas program Nadi (Kenali dan Cintai Diri) untuk meningkatkan kesadaran akses informasi pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja di Kelurahan Campurejo, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal.
Nadi menjadi salah satu upaya untuk menekan angka pernikahan dini di wilayah Campurejo dengan memanfaatkan film “Dua Garis Biru” sebagai media promosi pendidikan kesehatan reproduksi dan dilanjutkan dengan diskusi untuk menyimpulkan nilai-nilai pendidikan seksualitas yang perlu diketahui oleh remaja.
Selain itu, untuk menggali lebih dalam tentang mengenali dan mencintai diri dituangkan dalam buku saku Nadi yang dibagikan pada remaja. Hal ini selaras dengan tema KKN yang diusung oleh Undip yakni “Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19 Berbasis Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” khususnya pada tujuan “Kehidupan Sehat dan Sejahtera.”
Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya ini turut menggandeng Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Kecamatan Boja untuk terlibat dalam kegiatan KKN yang dilaksanakan pada Selasa (26/1). Salah satu PKB, Dyah Darlinta menuturkan bahwa remaja sangat minim informasi kesehatan reproduksi karena tidak terfasilitasi dengan baik dan masih berkembangnya stigma masyarakat tentang pendidikan kesehatan reproduksi yang tabu jika diperbincangkan kepada remaja.
“Remaja itu minim sekali informasi tentang kespro -kesehatan reproduksi- sampai sekarang. Di sekolah juga gak terfasilitasi. Apalagi orang tua sekarang masih aja menganggap tabu bahas kaya gitu,” ujar Dyah.
Yunanda Ayu Avriliana memberi tanggapan terkait program Nadi yang memberinya pengetahuan tentang kespro dengan asik.
“Menurutku seru banget tadi nonton film dan dapat banyak ilmu tentang masa remaja yang pacarannya udah kelewatan gitu, terus aku bayangin kalau misal aku jadi tokoh itu pasti udah malu, stres, dan bingung. Ternyata dampaknya besar banget,” kata Yunanda antusias.
Penulis: Dandi Hermawan (Fakultas Ilmu Budaya UNDIP) -yds