Oleh: Septiana Tri Setiowati,SST.,M.Agb
Statistisi Muda di Badan Pusat Statistik
KABUPATEN Banyumas akan merayakan hari jadi yang ke 451 tahun di tanggal 22 Februari 2021. Momentum tersebut bertepatan dengan dilantiknya R. Joko Kaiman bergelar Adipati Warga Utama II sebagai Adipati Wirasaba VII yaitu tanggal 22 Februari 1571 (dalam Babad Banyumas, wilayah Banyumas sebelumnya termasuk bagian dari wilayah Wirasaba (sekarang Purbalingga).
Salah satu icon Banyumas adalah mendoan. Dalam sejarahnya, mendoan sudah ada sejak berabad lalu, bersamaan dengan masuknya tempe ke Indonesia, namun baru tahun 1960 mendoan menjadi komoditas komersial.
Banyumas patut berbangga, tahun 2021 Mendoan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda (WBTb) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi di Jakarta, dalam kategori Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional. Diusulkannya mendoan sebagai WBTb dikarenakan mendoan telah menjadi identitas masyarakat Banyumas.
“Mendoan” berasal dari kata “mendo” yang dalam bahasa Banyumas berarti setengah matang. Secara filosofi, mendoan dan keripik sebagai makanan serumpun diibaratkan sebagai lambang semangat gerakan sosial masyarakat di Banyumas yang mampu menyesuaikan diri atau fleksibel layaknya mendoan, namun, dapat menjadi kaku seperti keripik apabila dalam keadaan mendesak.
Mental mendoan digambarkan sebagai pribadi yang fleksible dalam menyesuaikan diri dengan keadaan, namun dalam keadaaan mendesak bisa berubah menjadi keripik yang menggambarkan kaku membela yang benar jika berselisih. Mental mendoan digambarkan lincah, mudah menyesuaikan dengan tuntutan perubahan dan responsive.
Bukan sekadar mental mendoan yang menggambarkan penduduk Banyumas, kualitas manusia yang terus berkembang dari tahun ke tahun terutama dalam pendidikan menjadikan Banyumas atau Purwokerto (ibukota Banyumas) dikenal sebagai kota Pendidikan. Dalam rilis data BPS tahun 2021 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyumas meningkat dibanding tahun 2020, yaitu dari 71,98 menjadi 72,44.
United Nations Development Program (UNDP) mengelompokkan nilai IPM menjadi 4 kriteria, yaitu IPM >80 kategori sangat tinggi, IPM 70-79 kategori tinggi. serta IPM 60-79 kategori sedang. IPM Banyumas tahun 2021 berada di atas 70 tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan manusia Banyumas masuk kategori tinggi.
IPM merupakan indeks komposit yang mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah dari tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat; pengetahuan; dan standar hidup layak. Setiap indikator komponen penghitungan IPM dapat dimanfaatkan untuk mengukur keberhasilan pembangunan kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam bentuk pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan aspek lain dalam kehidupan (BPS).
Umur harapan hidup saat lahir yang mewakili dimensi umur panjang dan hidup sehat di Banyumas terus meningkat dari 73,72 tahun (2020) menjadi 73,80 tahun (2021). Artinya di tahun 2021 bayi yang baru lahir mempunyai harapan untuk dapat menjalani hidup lebih panjang hingga 73,80 tahun, umur harapan hidup yang makin panjang mencerminkan makin baiknya derajat kesehatan masyarakat Banyumas.
Dimensi pengetahuan dalam penghitungan IPM terdiri dari dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS).HLS Banyumas mengalami peningkatan dari 12,85 tahun (2020) menjadi 13,03 tahun (2021), artinya perkiraan lamanya sekolah yang akan dijalani oleh anak yang berumur 7 tahun adalah 13,03 tahun atau hingga jenjang perguruan tinggi.
HLS Banyumas cukup tinggi, berada di atas rata-rata Jawa Tengah yang senilai 12,77 tahun (2021). RLS Banyumas juga mengalami peningkatan yaitu dari 7,52 tahun (2020) menjadi 7,63 tahun (2020). Artinya rata-rata lamanya waktu yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal di Banyumas adalah 7,63 tahun.
Dimensi standar hidup layak dihitung melalui indikator pengeluaran real per kapita per tahun yang disesuaikan. Indikator ini menggambarkan kemampuan daya beli masyarakat selama periode tertentu. Pandemi COVID-19 di tahun 2020 memberi dampak turunnya pengeluaran real per kapita per tahun dari Rp. 11.703.000 (2019) menjadi Rp. 11.448.000 (2020), di tahun 2021 menunjukkan peningkatan menjadi Rp. 11.546.000 meskipun belum bisa pulih seperti sebelum terjadinya pandemi.
Bukan sekadar mental mendoan yang menjadi identitas masyarakat Banyumas, namun juga kualitas manusia Banyumas sebagai insan yang terdididk menjadi investasi modal kunci sukses kemajuan dan keunggulan Banyumas pada masa yang akan datang. Pembangunan manusia seutuhnya diperlukan untuk mewujudkan “Better Banyumas”.Jatengdaily.com-st









