DEMAK (Jatengdaily.com) – Masih tingginya angka kematian akibat penyakit tuberkulosis di dunia (TBC) menjadikannya ‘momok’ di tengah pandemi. Bahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan, TBC masih menjadi masalah kesehatan dunia. di Indonesia, angka pasien dan orang yang meninggal akibat penyakit tersebut masih terbilang tinggi.
Berdasarkan laporan TBC global dari WHO tahun 2021, ada 9,9 juta kasus TBC di dunia. Indonesia menempati peringkat ketiga, kasus TBC terbanyak di dunia setelah India dan Tiongkok. Yakni dengan jumlah kasus 824.000 dan kematian sebanyak 93.000 per tahun.
Dalam rangka mencegah kasus TBC di kalangan pondok pesantren (ponpes), Puskesmas Wonosalam II menggelar Sosialisasi dan Screening TBC di Aula Pondok Pesantren Nurul Furqon. Bersamaan peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 yang bertemakan; “Investasi Untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa”.
Kepala Puskesmas Wonosalam II Muazaroh SKM MKes mengatakan, pengetahuan santri yang masih belum optimal mengenai penyakit TBC dan cara mengakses pengobatan seringkali menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi penderita TBC. “Oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak lintas sektor seperti Yayasan Jaringan Pesantren Nusantara (JANNUR) untuk memberikan edukasi kepada santri ponpes tentang penyakit TBC. Sehingga dapat ikut serta berpatisipasi dalam menemukan penderita penyakit TBC sejak dini,” ungkapnya, didampingi Promoter Kesehatan Puskesmas Wonosalam II Mayang, Selasa (12/4).
Seperti diketahui para santri ponpes tinggal bersama dalam satu lingkungan tertutup, satu kamar dihuni sebanyak 16 orang dengan luas ruangan 15 m2dapat dikategorikan hunian disatu ruangan tersebut tinggi.serta kurangnya ventilasi dapat menyebabkan sirkulasi udara menjadi rendah, Hal ini memungkinkan adanya penyebaran infeksi dengan cepat jika salah satu santri terinfeksi kuman TBC. Selain itu, mereka bukan hanya berasal dari wilayah Wonosalam saja akan tetapi juga berasal dari luar wilayah. Yang dikhawatirkan telah terinfeksi kuman TBC.
Kegiatan sosialisasi ini bermaksud memberikan pemahaman mengenai penyakit TBC serta pencegahannya. Keseluruhan peserta merupakan perwakilan santri Ponpes Nurul Furqon yang merupakan pengurus dari Upaya Kesehatan Pondok Pesantren (UKPP). Sehingga diharapkan mereka dapat mensosialisasikan pengetahuannya ke santri lain mengenai segala sesuatu tentang penyakit TBC, penyebab, bagaimana penularannya, cara pencegahan serta pemeriksaan dan pengobatannya.
Setelah sosialisasi, Tim P2TB (Pencegahan Penyakit TB) memberikan formulir yang berisi screening TB Paru untuk diisi oleh santri sesuai dengan kondisi yang dialami, untuk mengetahui ada tidaknya santri terinfeksi TB paru. Kemudian setelah mengetahui hasil dari screening menunjukkan ada santri yang berpotensi terinfeksi TB maka akan di tindak lanjuti dengan pengambilan dahak untuk dilakukan pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler) dan apabila hasilnya positif kemudian dilakukan pengobatan DOTS selama 6-7 bulan, agar tidak menularkan pada orang lain. rie-st