KARANGANYAR (Jatengdaily.com) – Wayang kulit pernah menjadi media komunikasi bagi masyarakat yang efektif pada zaman dulu. Sekarang pelaku seni harus mencari solusi agar generasi muda menyukai wayang kulit agar kesenian ini tetap lestari dan tidak musnah ditelan zaman. Salah satu solusinya yaitu kreativitas.
Hal ini ditegaskan Anggota Komisi A DPRD Jawa Tengah Muhammad Yunus pada kesempatan Dialog Parlemen dan Media Tradisional (Metra), Sabtu malam (1/10/2022) di lapangan Desa Ganten, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Kegiatan ini selain menggelar dialog budaya, juga menampilkan pagelaran wayang kulit dengan lakon Semar Bangun Desa yang dibawakan oleh dalang Ki Simon Darsono.

Muhammad Yunus menjabarkan bahwa sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, wayang dapat dibuat dalam segmen-segmen pendek lalu diviralkan lewat Youtube dan media sosial lain.

“Ini upaya kreatif, misal adegan pendek yang lucu atau adegan pitutur bisa ditampilkan dalam segmen pendek. Harapannya ini dapat membantu sosialisasi wayang kepada masyarakat luas maupun generasi muda yang saat ini lebih akrab dengan media sosial,” tambah politisi dari PAN ini.
Sementara itu Munadi selaku Kepala Desa Gentan menyampaikan, penikmat wayang di desanya sangat banyak, bahkan anak muda pun menggemari wayang. Selain wayang, reog pun tumbuh subur di Ganten.

“Kalau dulu reog hanya memakai iringan gong, namun sekarang sudah ada inovasi yaitu memasukkan organ dan drum. Ini dilakukan agar masyarakat menyukai tontotan reog”, tutur Munadi.
Ki Simon Darsono sebagai dalang ikut menyampaikan pendapat, bahwa saat ini wayang kulit memang memiliki kesulitan untuk bertahan. Beberapa hal yang menurutnya menyumbang langkanya minat masyarakat terhadap wayang yaitu masalah harga.
“Wayang itu kan mahal. Ini menyulitkan masyarakat untuk nanggap wayang. Selain harganya, juga butuh tempat yang luas. Untuk itu saya coba bertahan dengan membuat wayang yang ringkas dan murah”. st