in ,

Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang

Oleh: Metriana Jovanika, SST
Statistisi Ahli di BPS Kota Semarang

AKHIR-AKHIR ini, seringkali diberitakan bahwa kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja dikarenakan adanya ancaman perlambatan ekonomi global. Bahkan beberapa ekonom menyatakan bahwa Ekonomi Dunia tahun 2023 diprediksi akan gelap karena akan menghadapi adanya resiko resesi dan ketidakstabilan keuangan. Bahkan dalam World Economic Outlook October 2022, International Monetary Fund (IMF) memprediksi bahwa ekonomi global pada tahun 2022 mengalami perlambatan menjadi sebesar 3,2 persen.

IMF juga menegaskan bahwa prospek ekonomi global diprediksi mengalami perlambatan semenjak mulai adanya pandemi Covid-19, kemudian terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina, hingga terjadinya bencana iklim di seluruh benua.

Tak dapat dipungkiri, bahwa resesi ekonomi adalah ketakutan terbesar bagi seluruh negara di dunia. Fenomena ini memengaruhi berbagai sektor kehidupan masyarakat bahkan hingga kualitas hidup masyarakat, sementara perekonomian global sendiri belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19.

Bahkan Bank Dunia juga memprediksi bahwa jika resesi benar-benar terjadi pada tahun 2023 maka dampaknya akan lebih dirasakan oleh negara-negara maju dibandingkan dengan negara-negara berkembang.

Adanya risiko baru dan respon terhadap ketidakpastian global juga memperberat pemulihan ekonomi global, seperti krisis pangan, pupuk dan energi yang terjadi akibat konlik antara Rusia dan Ukraina. Kemudian kenaikan suku bunga yang dilatarbelakangi oleh melonjaknya harga-harga komoditas yang menyebabkan bank sentral perlu menyesuaikan kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga.

Serta adanya potensi stagflasi, yang terjadi akibat inflasi yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Stagflasi merupakan kombinasi dari inflasi yang meningkat namun terjadi pelemahan ekonomi secara signifikan. Selain itu, jarak krisis yang semakin pendek juga menandakan bahwa telah terjadi guncangan dalam perekonomian dunia akhir-akhir ini.

Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang
Dengan terjadinya gejolak ekonomi global pada saat ini, berpengaruh juga terhadap kondisi perekonomian Jawa Tengah. Pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami kontraksi sebesar -2,65 persen, kemudian mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021.

Hal yang sama terjadi pada pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang yang juga mengalami kontraksi sebesar -1,85 persen pada tahun 2020 dan mengalami percepatan ekonomi pada tahun 2021. Artinya pola pertumbuhan ekonomi Kota Semarang senada dengan pola pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Secara rata-rata pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang tumbuh sebesar 3,32 persen. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Kota Semarang tercatat sebesar 5,16 persen.

Angka pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan angka pertumbuhan tertinggi diantara pertumbuhan ekonomi seluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan pembangunan ekonomi Kota Semarang secara rata-rata lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan pembangunan ekonomi Kabupaten/Kota lain se-Jawa Tengah.

Jika dilihat dari sisi produksi, hampir semua lapangan usaha di Kota Semarang tumbuh positif kecuali lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Sementara pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan yang tumbuh sebesar 7,53 persen.

Kemudian disusul oleh lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yang tumbuh sebesar 7,43 persen. Sementara besaran Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2021 mencapai Rp 205.385,44 miliar dan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 mencapai Rp 144.710,66 miliar.

Dari sisi produksi, ekonomi Kota Semarang masih didominasi oleh lapangan usaha Industri Pengolahan dan lapangan usaha Perdagangan dengan kontribusi masing-masing sebesar 28,65 persen dan 13,46 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan komponen Konsumsi Rumah Tangga merupakan komponen utama dalam pembentukan ekonomi Kota Semarang.

Selain itu, kontribusi komponen Impor juga tercatat lebih besar dibandingkan dengan kontribusi komponen Ekspor yang menandakan bahwa Kota Semarang masih membutuhkan penyediaan barang-barang dari luar Kota Semarang.

Menjaga Pemulihan Ekonomi
Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Perekonomian Kota Semarang juga mampu tumbuh lebih baik pasca terjadinya pandemi Covid-19. Namun sepanjang tahun 2022, risiko ketidakpastian global yang terjadi dapat memperberat pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Hal tersebut perlu direspon dengan cepat agar pemulihan ekonomi Kota Semarang tetap terjaga. Untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi Kota Semarang, yang perlu dilakukan adalah menjaga ekonomi Kota Semarang agar tetap tumbuh, daya beli masyarakat tetap terjaga, dan APBD dijaga tetap sehat dan berkesinambungan agar dapat menghadapi tantangan perekonomian global kedepannya. Jaengdaily.com-yds

Written by Jatengdaily.com

Pantau Banjir di Sejumlah Titik, Mbak Ita Pastikan Penanganan Banjir Berjalan Optimal

Tingkat Imunitas dan Gizi Balita di Jateng Melalui Pemberian ASI