KARANGANYAR (Jatengdaily.com) – Penonton begitu menikmati pertunjukan wayang dengan lakon ‘Pandawa Labuh’. Lakon ini menceritakan kisah Pandawa yang terusir dari istananya karena intrik Sengkuni. Suasana hangat pertunjukan wayang itu dibawakan Ki Danang Manteb Sudarsono dalam rangkaian Dialog Parlemen Media Tradisional ‘Nguri-nguri Kebudayaan Karanganyar’ di Sanggar Ki Bima Manteb Sudarsono, Karanganyar, Sabtu (19/3/2022).
Hadir sebagai narasumber, Ketua Komisi B DPRD Jateng Sumanto, dalang Ki Danang dan pamong budaya Dinas Pendidikan Kebudayaan Karanganyar Sularno.
Mengawali diskusi, Ketua Komisi B Sumanto mengatakan wayang adalah jati diri bangsa yang sudah mengakar lama karena mempunyai nilai filosofi kuat. Selain itu perkembangan teknologi yang cepat dan pengaruh budaya asing bukan menjadi penghalang seniman untuk berkarya.

“Banyak nilai-nilai norma masyarakat yang diambil dari kisah pewayangan, seperti Mahabarata menceritakan bagaimana perjuangan Pandawa mendirikan kerajaan yang makmur. Perkembangan teknologi yang begitu cepat, dan derasnya pengaruh budaya asing seharusnya bukan menjadi pengalang seniman untuk berkarya. Malahan bisa menjadi tameng,agar nilai-nilai luhur asli masyarakat bisa tetap terjaga. Jangan sampai suatu saat pertunjukan wayang kulit malah dipentaskan orang asing dan masyarakat lokal hanya jadi penonton saja,” jelas politikus PDIP.
Sedangkan, Ki Danang menyatakan perkembanangan teknologi informasi bisa menjadi alat untuk mengenalkan wayang lebih luas. Setiap pertunjukan wayang, ada pembelajaran hidup dan pesan kondisi keadaan masyarakat saat ini.

“Pertunjukan wayang kulit bisa disiarkan dan dinikmati secara daring, karena masyarakat bisa mengetahui dan belajar tentang nilai kehidupan dari kisah wayang. Cerminan keadaaan masyarakat, seringkali dipentaskan dalam pertunjukan sebagai pengingat bahwa kita masih ada nilai-nilai tradisi yang tidak boleh dilupakan,” kata dia.
Sementara Sularno menilai, seniman-seniman tradisional supaya bisa lebih fleksibel dalam mementaskan dan melestarikan kesenian tradisional. Seniman wayang dalang dan pengiringnya adalah aset berharga bagi daerah dan sudah sepatutnya dijaga bersama-sama.
“Keberadaan seniman dalang wayang kulit, saat ini mulai banyak digemari kalangan masyarakat, karena sudah mulai memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Pertunjukan disiarkan secara live di media sosial, perlahan mulai banyak minat generasi muda untuk ikut mempelajari kesenian ini. Dalang, sinden bersama pengiringnya adalah aset yang tidak ternilai, karena mereka penjaga tradisi leluhur agar tidak tergerus karena perkembangan zaman begitu pesat,” tambah dia.st