in

Tingkatkan Penemuan Kasus TBC dengan Libatkan Kader Kesehatan P2P

Puskesmas Mranggen II, menggelar pertemuan berkala Kader Kesehatan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P), dalam rangka meningkatkan penemuan kasus TBC. Foto:ist

DEMAK Jatengdaily.com) – Sudah menjadi pengetahuan umum, tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit mematikan terbesar pertama di dunia. Mengingat potensi bahaya yang ditimbulkan, pemerintah Indonesia bahkan berkomitmen untuk eliminasi TBC pada 2030.

Upaya ini perlu mendapatkan dukungan masyarakat. Salah satunya dengan meningkatkan penemuan kasus TBC. Seperti dilakukan Puskesmas Mranggen II, yang menggelar pertemuan berkala Kader Kesehatan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P), dalam rangka meningkatkan penemuan kasus TBC.

Kepala Puskesmas Mranggen II dr Haerudin menyampaikan, TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Tuberkulosis ditularkan melalui udara dari pasien TBC yang infeksius ke orang-orang disekitarnya.

“Satu pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis yang tidak diobati secara tepat dan berkualitas dapat menginfeksi sekitar 10 orang per tahun. Sekitar 3,5-10% orang-orang yang kontak akan sakit TBC dan sekitar sepertiganya akan terinfeksi tetapi tidak sakit TBC,” ujarnya.

Sehubungan itu keterlibatan Kader Kesehatan P2P sangat diperlukan. Sebab melalui kegiatan rutin yang dihadiri kader kesehatan P2P dari desa-desa di wilayah Puskesmas Mranggen II tersebut, penularan penular penyakit menular/infeksi, seperti TBC dapat dicegah dan dikendalikan . Maka itu pula, pertemuan berkala P2P termasuk program pelayanan kesehatan di puskesmas.

Hal penting masyarakat perlu pahami, menurut dr Haerudin, kelompok yang berisiko tinggi untuk terinfeksi adalah orang yang kontak erat dengan pasien TBC. Antara lain anak, lansia dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Seperti pasien gizi buruk, atau pun orang dengan HIV, diabetes militus dan ibu hamil.

“Di antara orang-orang dengan kondisi tersebut, sekitar 5-10% kemungkinannya akan berkembang menjadi sakit TBC. Selanjutnya dalam perjalanan hidupnya TBC terkonfirmasi bakteriologis dan TBC pada anak,” imbuhnya.

Sedangkan bagi penderita yang positif TBC, disebutkan, harus patuh minum obat selama 6 bulan. Selain itu juga memakai masker serta tidak meludah sembarangan, supaya tidak menular ke orang lain. Karena percikan ludah atau droplet pengidap berpotensi mengandung bakteri Mtb.

Lebih lanjut diterangkan, agar bakteri TBC mati, tepat tinggal penderita TBC hendaknya terdapat ventilasi dan pencahayaan cukup. Pada saat sama dihimbau mereka berperilaku hidup bersih dan sehat, serta mengambil obat sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan oleh programer TBC Puskesmas Mranggen II. rie-st

Written by Jatengdaily.com

Refreshing Kader Kesehatan Optimalkan PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Sudah Saatnya Kota Semarang Miliki Sosok Dai Kondang Berbasis Digital