SEMARANG (Jatengdaily.com) – Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) menghadirkan penceramah nasional asal Makassar Ustadz Das’at Latif. Pengajian akbar yang digelar ba’da shalat Subuh tersebut merupakan rangkaian kegiatan Ramadan, sekaligus memperingati Nuzulul Quran.
Ustadz Das’at Latif mengatakan, ada tiga pedoman ajaran mendasar yang harus dilaksanakan umat untuk menuju akhlaq yang mulia. Ketiga pedoman itu sekaligus sebagai metode introspeksi diri ketika umat berkiprah di ranah budaya, sosial maupun dalam berpolitik praktis.
“Yang pertama adalah melaksanakan perintah Allah untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah. Secara menyeluruh. Tidak boleh secuil atau setengah-setengah,” kata Ustadz Das’at Latif ketika memberi tausiyah ba’da subuh di Masjid Agung Jawa Tengah, Selasa (26/4/2022).
Islam, lanjutnya, telah mengajarkan kepada umat untuk memahami Alquran dengan baik dan benar. Kalau memahaminya dengan baik dan benar, pasti apa yang dilakukan, tepat sasaran. Pemimpin ya melaksanakan kepemimpinannya dengan amanah. Masyarakat ya melaksanakan ketentuan perundang-undangan dengan benar. Prosesnya pun tidak menggunakan cara-cara yang salah seperti money politic, dan sebagainya. Sebab kalau prosesnya sudah ‘wani piro’, otomatis langkah berikutnya serba transaksional, untung rugi.
“Nah kalau sudah begini, hancurlah negara. Sebab rusaknya negara karena dipicu adanya money politic, suap menyuap ataupun transaksi ‘wani piro’. Apa pun kebijakan yang akan diundangkan, tak lepas dari akal jahat seberapa besar keuntungan materi yang didapatkan. Rusak lah negara ini. Ini tidak akan terjadi jika masyarakat benar-benar memahami, mendalami dan melaksanakan Islam secara kaffah,” tandasnya.
Ustadz Das’at Latif menjelaskan informasi kalau diulang-ulang, itu pasti mengandung nilai yang sangat penting. Begitu juga dalam Alquran pesan kepada umat untuk tidak mati kecuali dalam keadaan Islam, disebutkan berkali-kali. Ini, jelasnya, umat Islam harus selalu menunaikan ajaran Islam di mana dan kapan pun karena mati tidak tahu kapan akan terjadi. Dokter mati. Guru mati, pejabat mati. Ustadz juga mati. Pokoknya semua yang bernyawa pasti mati.
Kedua, lanjutnya, sholat itu dapat mencegah kemunkaran. Itu memang betul apalagi itu janji Allah. Lalu muncul pertanyaan kenapa sudah sholat kok masih saja berbuat jahat. Berbuat yang melanggar norma-norma kesusilaan.
“Sudah melaksanakan sholat. Bahkan bukan hanya sholat wajib. Tapi juga sholat sunnah, termasuk taraweh. Tapi kok ya masih saja berbuat maksiat. Masih saja suka menyakiti perasaan orang. Berpendidikan tinggi tapi adabnya tidak karuan, lupa kalau puncaknya ilmu adalah adab. Masih saja korupsi. Pacaran dengan istri orang. Nah, itu pasti ada yang salah dengan sholatnya,” tandasnya.
Kemudian, yang ketiga zakat. Seberapa susah dan sulitnya umat dalam mengais rezeki, dan seberapa mudah serta menumpuknya harta kekayaannya, tetap saja ada hak yang harus diberikan kepada orang lain. Termasuk kepada fakir miskin, ibnu sabil ataupun kepada janda-janda tua. Sebab kalau yang masih muda masih berpotensi untuk mencari penghasilan ataupun kawin lagi.
KH Hanief Ismail mewakili Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah menjelaskan kegiatan kuliah ba’da subuh oleh Ustadz Das’at Latief, adalah sebagai rangkaian kegiatan Ramadan 1443 hijriyah. Kyai Hanief berharap agar kegiatan ini bisa semakin membukakan hati agar lebih jernih dalam melihat semua permasalahan.
“Kami berharap kehadiran Ustadz Das’at Latief bisa menjadikan kita semua semakin mencintai NKRI sehingga negara selalu dalam keadaan aman dan nyaman. Menempatkan ummat Islam yang wasathoniyah, berada di tengah-tengah, karena tempat itulah tempat yang paling baik sebagaimana disabdakan nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallim,” jelasnya.st