DEMAK (Jatengdaily.com) – Dewasa ini HIV/AIDS menjadi isu strategis kesehatan di Indonesia. Tidak hanya karena 10 tahun terakhir kasus HIV cenderung mengalami kenaikan, akan tetapi juga karena baru-baru ini heboh adanya kenaikan kasus HIV di Bandung sekitar 400 kasus per tahun.
Kejadian tersebut, menurut Kepala Puskesmas Mranggen I dr Kartika Indrawati, tentu bukan lah kabar baik. Sebab bisa saja kasus HIV seperti gunung es, yang tampak di permukaan hanya sedikit tapi yang tidak tampak begitu besar.
Terlebih adanya stigma buruk dari masyarakat tentang penderita HIV/AIDS membuat penderita tidak jujur dengan penyakit yang di derita. Bahkan ada juga yang merasa dikucilkan sehingga penderita HIV/AIDS tidak menjalani pengobatan sebagaimana mestinya.

Tim Puskesmas Mranggen I bersama Kader WPA saat kampanye antistigma, untuk memberikan dukungan pada ODHA dan OHIDA, dengan tetap memperhatikan standar protokol kesehatan pencegahan covid-19. Foto:dok
Persoalan stigma inilah yang coba dijawab Puskesmas Mranggen I melalui hadirnya Warga Peduli Aids ( WPA) di wilayah kerjanya. Sebagaimana disampaikan Kepala Puskesmas Mranggen I dr Kartika Indrawati, WPA merupakan kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai segmen mulai tingkat desa, kelurahan, rukun warga (RW), dusun, blok dan tingkatan sejenis yang ada di suatu lingkungan tempat tinggal.
“Bentuk gerakan warga tersebut berupa kesiapan, kemampuan dan kemauan mereka untuk ikut serta dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah penyakit HIV dan AIDS. Sedangkan peran dan tugas utama WPA adalah menggerakkan masyarakat untuk ikut serta terlibat secara langsung dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS,” terangnya, didampingi Programer Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular Puskesmas Mranggen I Laeli Endah Pertiwi, Selasa (8/11).
Adapun kegiatan WPA meliputi penyuluhan kepada warga tentang HIV/AIDS guna menghilangkan stigma-stigma yang tidak benar tentang penyakit yang dapat menular melalui hubungan intim, jarum suntik, transfusi darah, serta ibu terhadap bayi kandungan tersebut. Selain itu mendampingi warga yang terindentifikasi HIV/AIDS, sejauh ini tercatat sebanyak 21 pasien HIV, dengan memberikan dukungan psikologis dan sosial kepada ODHA dan OHIDA.
Serta melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada warga untuk berperilaku sehat. Mendorong setiap warga beresiko tertular HIV untuk memeriksakan kesehatannya ke Klinik VCT Puskesmas Mranggen I.
“Adapun contoh beberapa kegiatan WPA dan Puskesmas Mranggen 1 adalah penyuluhan kesehatan tingkat desa dan RT, pembagian leaflet kesehatan kepada warga, pelatihan pemandian jenazah penderita HIV/AIDS,” kata dr Kartika Indrawati.
Sejak dibentuk pada 2017, Puskesmas Mranggen I rutin melakukan pertemuan dan koordinasi dengan kader WPA empat kali setahun. Yakni berkordinasi tentang kegiatan WPA berikutnya, sembari memberikan informasi sekaligus pembekalan kesehatan kepada kader WPA untuk meningkatkan keterampilan dan ilmu terkait pencegahan HIV and Aids, hingga membuat media penyuluhan dan sejenisnya.
“Hadirnya WPA diharapkan bisa menjadi solusi dalam menanggulangi penyakit HIV/AIDS di lingkungan masyarakat. Sekaligus penggerak masyarakat untuk terlibat secara langsung bersama Puskesmas Mranggen I melakukan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS,” tandas dr Kartika Indrawati.rie-st