SEMARANG (Jatengdaily.com)- Mayoritas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di berbagai daerah, rata-rata memiliki problematika yang sama, yaitu pelaku selalu dihinggapi pemikiran soal modal dan pemasaran.
Mereka sering berpikir kapan saatnya bisa menjangkau pasar besar, padahal untuk lingkup pasar terkecil sekali pun tak pernah dilakukan.
Hal tersebut disampaikan Staf Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Samuel Wattimena saat menjadi narasumber dalam Sarasehan Review Produk di Warkop Wardana Kopi, Gondoriyo, Ngaliyan, Semarang, Selasa 10 Oktober 2023.

Acara yang digagas Pengembangan Ekonomi Perempuan Indonesia (PEPI) ini, juga menghadirkan founder PEPI Endang Sri Iriani. Ada 42 pelaku UMKM yang hadir dari Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan Kabupaten Semarang.
”Saya sering bertanya ke mereka, Mbak perlu modalnya berapa? Umumnya nggak tahu. Kalau ditanya, pemasarannya sudah di sekitar RT nya belum? Sudah dipasarkan di lingkup RW-nya belum? Kelurahan, kecamatan udah belum? Artinya, pasar terdekat saja belum mereka kuasai, tapi bilangnya perlu pemasaran, perlu pemasaran. Baiknya, lingkup terkecil dulu supaya dapat feedback,” ujar Samuel yang juga perancang busana kenamaan ini.
Menurut Bung Sam–panggilan akrabnya–sebaiknya pelaku UMKM memulai dari lingkup terkecil dulu supaya dapat feedback (respons/masukan). Dengan feedback itu, pebisnis bisa langsung mendata dan melakukan koreksi.
”Ketimbang langsung lempar ke Surabaya, begitu di sananya komennya negatif, yang terjadi langsung terputus. Tapi dari lingkup kecil, begitu memberikan komentar maka langsung membenahinya. Otak kita jangan dipenuhi pikiran ‘pingin ini, pingin itu’,” tambahnya.
Dikatakannya, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan melakukan self -criticism atau kritik diri. Dengan sikap ini, pelaku bisa memahami kapasitas dan kemampuannya agar bisa berbenah dan berinovasi.
”Saya contohkan tadi ada UMKM yang memproduksi peyek. Saya tanya, kamu udah coba peyek ini belum, keras nggak? Jawabnya sedikit pak. Kalau keras, kenapa diterusin? Kalau kamu sendiri merasakan produknya keras, orang lain juga merasakan hal yang sama. Kita kita harus punya kemampuan self criticisme,” kata desainer yang belum lama berselang meramaikan Pemeran Pikat Wastra Nusantara & Funky Kebaya di Kota Lama Semarang itu.
Sosok yang pernah menerima penghargaan Upakarti ini dalam kesempatan tersebut memang banyak memberikan motivasi bagaimana pentingnya produk UMKM. Dia juga me-review produk peserta, diantaranya mie ayam bakso, jamu, cireng, molen, peyek, tahu bakso, oseng-oseng cumi, bandeng presto, lalu jamu, sarung tangah, dan batik.
Beberapa masukan yang diberikan Samuel misalnya soal sticker dan kemasan.
Menurut, ada sejumlan produk yang stickernya masih terlalu kecil dan tidak ada nomor kontak yang bisa dihubungi.
Selain itu, dia menyoroti tentang produk garmen yang dibuat model bervariasi dengan harga Rp 65 ribu, Rp 75 ribu dan Rp 87 ribu.
”Beda model dengan harga selisih tipis ini, ngapain? Lebih baik bikin satu pola dengan 12 warna yang berbeda. Jadi ngegunting bahan tersebut bisa sekali saja, tidak 12 kali dan menghabiskan energi. Bisa jadi, konsumen langsung membeli langsung tiga tapi tiga warna. Ini hal taktis dan praktis yang perlu diketahui pelaku UMKM,” beber Samuel yang nyaleg menjadi anggota DPR RI dari PDIP di Dapil Jateng 1 itu.
Apresiasi Niat
Pada prinsipnya, kata dua, pihaknya mengapresiasi positif terhadap upaya dan niat perempuan peserta sarasehan untuk membantu ekonomi keluarga. Namun niat saja tidak cukup. Dia wanti-wanti, agar dalam mengelola UMKM tidak bersifat iseng, tapi disertai pengetahuan yang mendukung agar berkembang.
”Dengan pengetahuan itu, pelaku bisa membuat eksekusi sehingga produknya bisa diterima dan bermanfaat,” ujarnya.
Sekali lagi dia menandaskan, agar dalam mengelola UMKM, kritik diri itu diperlukan. Sekirannya produknya merasa ada yang aneh, jangan diteruskan agar tidak menimbulkan efek yang jelek.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Kuliner Indonesia Jateng Agus Dani yang mengikuti kegiatan ini mengapresiasi acara sarasehan yang diinisiasi PEPI. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat karena pelaku bisa mengetahui dengan gamblang bagaimana mengelola UMKM yang berdaya saing.
”Bagus untuk kita-kita yang berkecimpung di UMKM. Masukan dari Pak Samuel sangat taktis dan komunikatif. Bikin kami mendapatkan ilmu baru bagaimana sih agar produk kita berkembang dan diterima pasar,” tandasnya.St