in

Nikmatnya Berbuka Puasa dengan Bubur ‘India’ Pekojan di Semarang

Bubur Pekojan. Foto: Humas Prov. Jateng

SEMARANG (Jatengdaily.com)– Bagi Anda warga Kota Semarang, tentu tidak asing dengan bubur India yang hanya ada di Masjid Jami Pekojan saat Ramadan. Hidangan tersebut biasa dibagikan secara gratis kepada warga sebagai hidangan berbuka puasa.

Ratusan warga akan berdatangan ketika mendekati waktu azan Salat Magrib tiba. Mereka terlebih dulu mengikuti pengajian di dalam masjid. Pengajian tersebut akan selesai ketika mendekati waktu azan. Setelah itu, mereka akan duduk di bagian sisi kanan masjid.

Di bagian masjid tersebut, pengurus masjid telah terlebih dulu menata mangkuk ukuran kecil berisikan bubur India. Mangkuk itu berjajar rapi dengan dilengkapi satu gelas minuman hangat baik teh maupun susu cokelat, serta sepotong buah semangka. Warga menempatkan diri di titik dekat mangkuk. Begitu azan bergema, mereka segera menyantap bubur India dan lainnya.

Dilansir dari laman humas Prov. Jateng, Sabtu (25/3/2023), pengurus dan Takmir Masjid Jami Pekojan, Ahmad Ali menjelaskan, selama bulan Ramadan, pengurus masjid mengadakan buka puasa bersama. Kegiatan itu dilakukan setelah diawali kegiatan pengajian terlebih dahulu.

Menurutnya, kegiatan buka bersama dengan menu bubur India sudah berlangsung 100 tahun. Kebiasaan membuat bubur telah berlangsung lama. Sampai saat ini, rutinitas buka puasa bersama menu bubur India masih berlangsung setiap kali Ramadan. Masjid akan terus menyediakan menu ini sampai malam Lebaran Idul Fitri tiba.

Setiap kali membuat bubur, pengurus masjid menghabiskan sekitar 22 kilogram beras per hari. Takaran beras sejumlah itu bisa menghasilkan 300 porsi bubur. Dengan dipadu santan kental hingga rempah seperti serai, kayu manis, jahe, daun salam, wortel, daun bawang, dan bawang merah.

Proses pembuatannya, jelas generasi keempat pembuat bubur India di Masjid Pekojan ini, dimulai sejak pukul 11.00 WIB. Proses masak harus selesai ketika waktu Salat Asar tiba, karena selepas Asar, pengurus masjid harus membagikan bubur ke mangkuk.

Tradisi ini bermula dari adanya pedagang asal India yang berdagang ke Semarang. Mereka tidak hanya berdagang tapi juga berdakwah. Selama di Semarang, mereka berdomisili di Masjid Pekojan dan sekitarnya. she

Written by Jatengdaily.com

BOP Rp 381 Miliar untuk 28 Ribu Raudlatul Athfal Cair

Akselerasi Penurunan Kasus Stunting Butuh Keterlibatan Tenaga Kesehatan Terlatih