in

Peringatan 10 Muharram; Belajar Sabar dari Nabi Ayyub AS

Prof Dr H Nur Khoirin MAg

Oleh : Nur Khoirin YD

Hari ini tepat tanggal 10 Muharram 1445H. Orang Jawa menyebut Syuro atau Assyuro. Adalah hari yang penting dalam sejarah keagamaan umat Islam, sehingga diperingati sebagai dengan sebutan Syuronan dan disunnahkan puasa. Ada tradisi khusus selametan dengan berbagai menu, khususnya yang tidak ketinggalan adalah bubur Syuro. Tanggal 10 Muharram juga dikenal sebagai Hari Raya Anak Yatim. Maka di masjid-masjid, majlis ta’lim, dan lembaga-lembaga keagamaan Islam diselenggarakan santunan anak yatim.

Salah satu perinstiwa di antara peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada tanggal 10 Muharram adalah kembali sehat dan pulih kesehatan Nabi Ayyub as setelah selama 18 tahun (ada yang menyebut 7 tahun atau 3 tahun saja) diuji oleh Allah swt dengan ujian-ujian yang sangat berat, tetapi tetap sabar dan khusnudhdhan kepada Allah.

Nabi Ayyub as hidup pada sekitar tahun 1420 SM, Beliau diutus Allah untuk mendakwai kaumnya di daerah Huran (sekitar Yordania dan Syiria), agar menyembah Allah. Sosok Ayyub adalah laki-laki yang sempurna, gagah dan berparas ganteng. Selain itu dia memiliki istri yang sangat cantik dan setia (bernama Rahma binti Afraim bin Yusuf bin Ya’qub), serta dikaruniai anak-anak baik dan taat.

Dia juga dilimpahi kekayaan yang banyak, tanah pekarangan yang luas, serta rumah yang megah, dan binatang ternak yang banyak. Nikmat yang melimpah ruwah, berupa keluarga yang harmonis, rizki yang banyak, dan kejayaan hidup ini tidak membuat Ayyub sombong dan lupa daratan. Beliau justru semakin sabar dan terus bersyukur. Hartanya yang banyak itu justru dipergunakan untuk kebaikan dan ibadah, menyantuni anak yatim, memberi makan orang miskin, memberi bekal orang-orang yang terlantar di jalanan, membangun sarana pendidikan dan kesehatan, membangun fasilitas umum dan ibadah.

Sosok Ayyub as yang tetap sabat dan terus bersyukur inilah yang membuat iblis iri hati. Iblis menyampaikan protes kepada Allah, “pantas saja Ayyub bersyukur dan sabar, karena ia dilimpahi oleh berbagai kenikmatan berupa tubuh yang gagah dan sehat, harta yang berlimpah ruah, dan keluarga yang utuh dan tentram. Coba kalau nikmat-nikmat itu dibacut darinya, dia tiba-tiba bangkrut menjadi miskin, atau keluarganya hilang, atau jatuh sakit dan lemah? Aapakah ia masih tetap bersyukur dan bersabar?. Maka iblis dipersilahkan menggoda keimanan Ayyub. Apakah Ayyub beriman dan beribadah karena nikmat-nikmat dunia itu atau karena ikhlas semata-mata karena cintanya kepada Allah swt.

Ujian bertubi-tubi
Anak-anak Ayyub yang sangat disayangi itu satu persatu meninggal dunia. Ia sangat sedih. Tetapi karena sudah menjadi kehendak Allah Yang Maha memiliki. Rumahnya yang megah dengan simpanan harta emas, perak dan bahn-bahan makanan tiba-tiba terbakar habis, dan dijarah orang, sehingga tidak ada yang tersisa.

Di tengah-tengah kondisi yang terpuruk tersebut, tubuh Ayyub tiba-tiba diserang penyakit judzam (kusta), sehingga tidak ada bagian tubuh sedikitpun yang tersisa. Semua bagian tubuh dari ujung kaki sampai ujung rambut tumbuh bisul-bisul yang berisi nanah dan darah. Karena baunya yang sangat menyengat, maka Ayyub diasingkan disuatu tempat yang jauh, dan hanya ditungguhi dua saudaranya dan istrinya yang setia.

Ayyub yang dulu gagah dan ganteng, kaya raya, berjaya, dihormati dan dikagumi oleh semua orang, sekarang terpuruk tidak punya apa-apa. Semua hartanya habis, semua anaknya mati dan hilang, dan bahkan tubuhnya yang dulu gagah dan ganteng kini tidak tersisa karena diserang penyakit kusta yang parah. Kini semua orang mencaci dan menjauhi.

Apakah Ayyub putus asa dari rahmat Allah? apakah Ayyub berhenti bersabar dan bersykur? Ternyata tidak sama sekali. Pernah sang istri mengusulkan sesuatu kepada Ayyub, “Wahai Ayyub suamiku, seandainya engkau mau meminta kepada Allah, tentu Dia akan memberimu jalan keluar” demikian saran istrinya yang tak tega melihat Ayyub menderita sakit demikian lama. Namun Ia menolak saran istrinya itu dengan alasan yang luar biasa.

“Aku tidak akan mengeluh. Penyakit ini tidak seberapa dibandingkan dengan kenikmatan yang diberikan Allah kepadaku selama 70 tahun”. Demikian jawaban Ayyub as yang menandakan betapa tingginya derajat keimanan dan kesabaran Nabi Ayyub.
Atas ketabahan dan kesabaran yang tinggi itulah akhirnya Allah swt mengembalikan dan melipatgandakan semua kenikmatan yang dicabut. Kisah ini diabadikan dalam QS Al-Anbiya ayat 83-84:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِين
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.”

Dalam ayat yang lain QS. Shad ayat 41- 44 menjelaskan, Allah mewahyukan kepada Nabi Ayyub untuk menghentakkan kaki beliau ke tanah. Kemudian dari sana Allah pancarkan mata air yang sejuk. Nabi Ayyub pun bergegas mandi di mata air tersebut hingga sembuhlah penyakit kulit dari badan beliau. Allah juga memerintahkan kepada Nabi Ayyub untuk minum dari mata air tersebut. Kesejukan airnya kemudian mampu membasuh batin Nabi Ayyub, sehingga beliau kembali sehat bugar lahir dan batin. Kekuatannya pun kembali pulih, bahkan seperti tidak pernah sakit. Dalam berbagai riwayat disebutkan, peristiwa sembuhnya Ayyub dari penyakit kusta ini terjadi pada 10 Muharram.

Kita ini diuji tidak diujo
Dari kisah Ayyub as tersebut kita bisa mengambil pelajaran berharga, bahwa hidup adalah ujian. Ternyata iman kita tidak dibiarkan. Iman kita tidak diujo. Tetapi selalu diuji. Firman Allah swt :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman, dan mereka tidak diuji? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah benar-benar tahu orang-orang yang tulus dan orang-orang yang dusta“. (QS. Al-Ankabut: 2-3).

Dalam ayat yang lain juga disebutkan :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS At-Taubah: 16)

Keimanan seseorang sama sekali tidak dibiarkan tanpa ujian. Semakin tinggi iman seseorang, maka semakin tinggi pula ujian. Inilah yang dialami oleh Ayyub as yang diuji dengan kebangkrutan harta, keluarga, dan kesehatan. Nabi-nabi yang lain juga diuji, seperti Ibrahim dengan dibakar hidup-hidup, Nuh dengan banjir bandang, Musa dengan melawan Fir’aun, dan Nabi kita Muhammad saw dengan berbagai macam ujian.

Kita juga selalu diuji dengan berbagai bentuk ujian. Diberikan umur panjang, kesehatan yang prima, rizqi yang lapang, ilmu dan kepintaran, kemajuan usaha, keluarga yang harmonis, lingkungan yang aman dan damai, apakah kita terus bersyukur atau lalai. Sebaliknya kita diberikan musibah penyakit, kematian, kekurangan harta, bencana, dan berbagai kesulitan, apakah kita tetap bersabar atau putus asa?

Semoga kita selalu diberikan kekuatan oleh Allah swt untuk tetap bersyukur dalam kelapangan, dan tetap kesabaran dalam kesulitan. Amiin. Khutbah Jum’ah di Masjid Baitul Hasib BPK Watugong Semarang, 10 Muharram 1445H/28 Juli 2023H.

Prof. DR. H. Nur Khoirin YD, MAg, Guru Besar Hukum Islam UIN Walisongo Semarang/Ketua BP4 Propinsi Jawa Tengah/Advokat Syari’ah/Mediator/Arbiter Basyarnas/Sekretaris II Pelaksana Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah/Ketua Bidang Kaderisasi dan Remaja Masjid Raya Baiturrahkan, Tinggal di Jl. Tugulapangan H40 kel. Tambakaji Ngaliyan Kota Semarang. Jatengdaily.com-st

Written by Jatengdaily.com

USM Juara Umum Kejuaraan Bulu Tangkis Unika Cup 2023

Mbak Ita Fokus Lakukan Pembersihan Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat