DEMAK (Jatengdaily.com)- Bocil Gemoy dapat memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD). Mendengar istilah ‘Bocil Gemoy’ tersebut, pastilah satu hal yang langsung terbayang di benak adalah bocah cilik (bocil) dengan tubuh yang gemoy atau menggemaskan.
Namun ‘Bocil Gemoy’ gagasan Puskemas Mranggen III bukan lah bocil sembarang bocil. Melainkan akronim dari bocah cilik bergerak monitoring jentik nyamuk, yang dibentuk sebagai bagian upaya menekan kasus DBD yang belakangan ini sempat meresahkan.
Saat melaunching ‘Bocil Gemoy’ Bupati Demak dr Hj Eisti’anah SE menyampaikan, inovasi program ‘Bocil Gemoy’ menjadi langkah strategis yang melibatkan anak-anak secara aktif dalam program-program kesehatan. Sebab ‘Bocil Gemoy’ tidak hanya fokus pada pencegahan penyakit, tetapi juga pada pemberdayaan anak-anak untuk menjadi duta kesehatan di lingkungan mereka sendiri.
Melalui program ini, anak-anak diajarkan untuk menjadi bagian dari solusi dalam pencegahan penyakit dan promosi kesehatan di lingkungan mereka. “Dengan pendekatan yang menyenangkan dan edukatif, saya berharap program ‘Bocil Gemoy’ dapat membangun kesadaran kesehatan sejak usia dini dan menjadikan anak-anak sebagai duta kesehatan di komunitas mereka,” kata bupati, Selasa (06/08/2024).
Apresiasi pun disampaikan kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras untuk mewujudkan kedua program ini. “Terima kasih kepada Kepala Puskesmas Mranggen III dan tim yang telah mempersiapkan acara ini dengan sangat baik. Dukungan dari semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat, sangat penting untuk kesuksesan dan keberlanjutan program ini,” tutur bupati, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dr. H. Ali Maimun, M.Kes.
Di sisi lain, Kepala Puskesmas Mranggen III dr. H. Bymo Sunyoto M.Kes menjelaskan, Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sering berefek kejadian luar biasa (KLB). Parahnya lagi, DBD yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dari manusia yang sakit ke manusia lainnya melalui virus dengue yang dibawanya, termasuk penyakit mematikan manakala terlambat dalam penanganannya.
Berdasarkan data angka kesakitan atau Incidance Rate (IR), DBD termasuk penyakit yang mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir di wilayah kerja Puskesmas Mranggen III. Pada tahun 2022 tercatat sebanyak 63 kasus infeksi dengue IR 0,9 per 1000 penduduk. Namun mengalami penurunan di tahun 2023 sebanyak 37 kasus dengan IR 0,5 per 1000 penduduk. Sedangkan 2024 ini, sampai bulan April kasus DBD mengalami peningkatan sebesar 27 kasus dalam waktu 4 bulan.
“Seiring dengan meningkatnya IR, terjadi peningkatan angka kematian (CFR). Pada tahun 2022 ada 1 kematian akibat DBD, tahun 2023 juga terdapat 1 kematian, sedangkan tahun 2024 sampai dengan bulan April terdapat 2 kematian akibat DBD dan terjadi pada anak usia sekolah,” ungkapnya.
Terkait dampaknya cukup tinggi pada anak usia sekolah, Puskesmas Mranggen III menggagas dan mengajak anak usia sekolah ikut berpartisipasi dalam pencegahan dan pengendalian DBD sejak dini. Nama programnya Bocil Gemoy.
“Tujuannya tentu untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan memutuskan rantai penularan penyakit demam berdarah tersebut. Caranya dengan meningkatkan partisipasi anak sekolah untuk memantau jentik di lingkungan sekitar. Sehingga dapat memberikan informasi kepada orangtua atau keluarga untuk rutin melakukan kegiatan 3M plus,” urai dr. Bymo Sunyoto, M.Kes.
Oleh karena wilayah kerja Puskesmas Mranggen III meliputi tiga desa yakni Batursari, Kebonbatur dan Banyumeneng serta ada 25 SD/MI binaan, maka sebagai pilot projek Bocil Gemoy dilaksanakan di empat SD/MI. Yakni SDK Dian Wacana, MI Ky Ageng Giri, SDN Batursari 7, dan SDN Kebonbatur 2.
“Di sekolah percontohan tersebut, ‘Bocil Gemoy’ melibatkan siswa-siswi kelas 4, 5 dan 6. Tugas mereka membantu memantau keberadaan jentik nyamuk setiap Jumat. Dimulai dari lingkungan tempat tinggal, dan tempat aktivitas sehari-hari seperti sekolah,” jelas dr Bymo Sunyoto, M.Kes.
Hasil pantauan jentik nyamuk kemudian dilaporkan kepada pihak sekolah, yang kemudian melanjutkannya ke petugas puskemas untuk dilakukan evaluasi berkala. Diharapkan melalui aksi ‘Bocil Gemoy’ tersebut lingkungan menjadi bersih dan bebas dari perindukan nyamuk, sekaligus bebas jentik nyamuk. rie-she