in ,

Dukungan untuk Ibu Menyusui

Oleh: Santi Widyastuti, Statistisi di BPS Kota Salatiga

MENYUSUI adalah anugrah seorang ibu untuk dirinya, bayinya, dan dunia. Kalimat tersebut adalah kutipan dari Pamela K. Wiggins yang merupakan pioner konsultan laktASI sejak tahun 1985. Bagi seorang ibu, menyusui memiliki manfaat menurunkan risiko berbagai macam kesehatan seperti kanker payudara, kanker ovarium, osteoporosis, diabetes tipe 2, kecemasan dan depresi pasca persalinan. Selain itu menyusui dapat mengembalikan siklus menstruASI yang tertunda, membakar kalori dan merupakan cara alami untuk membantu memastikan jarak kelahiran yang aman.

Bagi bayi, Air Susu Ibu (ASI) adalah adalah hadiah yang sempurna karena membantu mematangkan sistem kekebalan bayi sehingga mampu melindungi bayi dari penyakit kronis seperti penyakit radang usus, asma, dan kanker pada anak. Selain itu ASI membantu meningkatkan perkembangan saraf bayi, menurunkan masalah gigi, menurunkan risiko obesitas dan banyak manfaat lainnya.

Berbagai manfaat menyusui yang diterima ibu dan bayi memiliki dampak multiplier Pemberian ASI secara luas akan berdampak pada tujuan Pembangunan berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (SDG’s) bahkan pada mASIng-mASIng indikator penyusunnya. Misalnya saja dalam hal kemiskinan, menyusui merupakan pemberian makanan yang alami, murah dan bisa dilakukan oleh siapa saja sehingga bisa berkontribusi untuk menurunkan kemiskinan.

Dari sisi Pendidikan, pemberian ASI dan makanan tambahan yang tepat merupakan pondASI dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak sehingga meningkatkan kesiapan dan kemampuan belajar. Dari sisi kesehatan pemberian ASI bisa menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas kesehatan sehingga dampak lebih lanjut bisa menurunkan belanja pemerintah terhadap penanganan kesahatan.

Pentingnya peran ASI bagi kehidupan membuat tidak berlebihan jika berbagai lembaga di dunia menginisiasi perayaan Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week/WBW) sejak tahun 1992. Perayaan ini dilaksanakan pada tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya untuk memeringati Deklarasi Innocenti yang dibuat dan diadopsi peserta pertemuan pembuat kebijakan WHO/UNICEF tentang “Menyusui pada 1990-an: Inisiatif Global” tanggal 30 Juli – 1 Agustus 1990 (https://waba.org.my/).

Pekan ASI sedunia dilaksanakan dengan tema berbeda setiap tahunnya. Pada tahun 2024 ini Pekan ASI Sedunia mengusung tema “Closing the gap: Breastfeeding support for all”, tema ini mengajak seluruh masyarakat di dunia untuk mendukung penuh seluruh ibu menyusui tanpa ada ketimpangan atau diskriminasi.

Data Pemberian ASI
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2023, persentase bayi umur 0-23 bulan di Jawa Tengah yang pernah mendapatkan ASI sebesar 96,02 persen atau diatas rata-rata nasional yang hanya sebesar 93,02 persen. Menariknya adalah ada dua wilayah di Jawa Tengah yaitu Kota Surakarta dan Boyolali yang memiliki persentase bayi umur 0-23 bulan yang pernah mendapatkan ASI sebesar 100 persen.

Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO), ASI perlu diberikan seawal mungkin dalam satu jam pertama kelahiran dan dilanjutkan selama 6 bulan secara eksklusif atau tidak diberikan makanan tambahan lainnya. Selanjutnya ASI perlu diberikan hingga usia 2 tahun dengan memberikan makanan tambahan sejak umur 6 bulan.

Jika dilihat berdasarkan rekomendasi WHO tersebut, lama pemberian ASI pada bayi umur 0-23 bulan di Jawa Tengah belum optimal karena rata-rata lama pemberian ASI di Jawa Tengah adalah 11 bulan. Rentang pemberian ASI di Jawa Tengah berkisar antara 8,75 bulan (Kota Salatiga) hingga 13,88 bulan (Kabupaten Batang).

Dukungan Pemberian ASI
Masih rendahnya lama pemberian ASI khususnya di Jawa Tengah bahkan di Indonesia tidak terlepas dari berbagai hambatan dalam pemberian ASI. Menurut Jurnal Gizi Klinik Indonesia tahun 2020, menyebutkan bahwa hambatan pemberian ASI dibagi menjadi hambatan dari ibu sendiri (interpersonal), keluarga dan lingkungan (intrapersonal), tempat kerja, pemerintah dan tenaga Kesehatan (institusional) dan budaya (community).

Oleh karena itu, pekan menyusui nasional merupakan moment penting dimana semua pihak harus menjalankan perannya masing-masing dalam mendukung pemberian ASI dan mengatasi segala hambatan yang ada.

Dari sisi interpersonal, setiap ibu perlu membekali diri dengan ilmu yang cukup terkait dengan pemberian ASI. Hal ini penting karena memang dalam proses pemberian ASI, ibu bisa jadi mengalami kelelahan, perasaan bahwa ASInya kurang dll. Dengan pengetahuan yang cukup diharapkan Ibu lebih mudah dalam mengatasi hambatan ini.

Dari sisi keluarga dan lingkungan (intrapersonal), perlu adanya dukungan penuh terhadap Ibu menyusui kaitannya dengan memberikan assistensi terhadap kebutuhan Ibu, menjaga kesehatan mental Ibu dan memberi dukungan dengan tidak memberikan susu formula kepada bayi tanpa sepengetahuan Ibu.

Hambatan dari sisi institusional bisa datang salah satunya pada perempuan bekerja. Hambatan pemberian ASI pada perempuan yang bekerja ini cukup kompleks diantaranya, tidak ada ruang laktasi, tidak ada kulkas penyimpan ASI, pandangan negatif tentang menyusui yang membuat Ibu kurang nyaman, tempat kerja yang memberikan beban kerja tinggi pada ibu menyusui sehingga Ibu menyusui tidak sempat untuk memompa ASI, pelecehan secara verbal terhadap Ibu yang sedang memompa ASI dll.

Saat ini secara intitusional, pemerintah sudah membuat kebijakan penyediaan ruang laktasi dan pendukungnya. Secara umum kebijakan tersebut sudah banyak diterapkan khususnya di lembaga pemerintah, BUMN, perusahaan besar dan ruang publik. Akan tetapi edukasi terkait bagaimana menciptakan suasana dan iklim nyaman bagi Ibu yang sedang memompa ASI menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan.

Hal tersebut penting karena kita tahu bahwa produksi ASI juga dipengaruhi oleh seberapa sering untuk dipompa sehingga jika Ibu merasa tidak nyaman untuk memompa ASI terutama di tempat kerja maka lambat laun produksi ASI akan berkurang, bahkan berhenti. Hal tersebutlah yang menyebabkan secara umum rata-rata pemberian ASI di Jawa tengah maupun di Indonesia belum mencapai 2 tahun. Jatengdaily.com-yds

Written by Jatengdaily.com

SIG Raih Tiga Penghargaan Bergengsi di Ajang SPEx2 Award 2024

Kompetensi menjadi Kunci Pembeda antara Insan Pers dengan Agen Informasi Medsos