in

Jangan Berperilaku Dusta di Hari Raya

Oleh : Anis Maftuhin

Pengasuh Ponpes Wali Kab Semarang

LEBARAN sudah datang. Nyaris semua kaum muslimin sibuk menyiapkan diri untuk menyambutnya. Pria, wanita, tua, muda, besar dan kecil seolah tak sabar untuk bergembira ria merayakannya dengan caranya masing-masing.

Yang menarik untuk diperhatikan, bahwa untuk hari yang disebut-sebut sebagai hari raya kemenangan itu nyaris semua orang Islam di negeri kita ini mengerahkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri ini.

Semua itu, tentu tidak salah. Di situlah sesungguhnya rahmat Allah untuk alam semesta ini tercermin. Hanya saja, sebagai seorang muslim, kita harus bisa mengoreksi diri: apakah cara-cara kita dengan segala tradisi yang ada untuk memeriahkan Hari Raya ini benar-benar akan mendapat ridha ilahi?

Fenomena paling menonjol, namun banyak tidak disadari dan dilakukan banyak orang pada saat Hari Raya ini adalah munculnya perilaku-perilaku dusta dan kemunafikan yang justru mencederai makna dan keagungan hari yang penuh dengan berkah dan rahmat ini.

Contoh kecilnya adalah soal penampilan diri. Banyak di antara kita yang tak percaya diri di hari fitri ini tampil sesuai dengan kata nurani.

Alhasil, tak sedikit yang memaksakan diri untuk berpenampilan di luar kemampuan diri agar terlihat bagus di mata orang. Padahal, bila dirinya jujur dengan kata hatinya, niscaya semua yang ia lakukan itu bukan hanya tindakan menipu orang lain, tetapi juga menipu dirinya sendiri.

Tentang fenomena ini, dalam Kitab Shifatush shafwah, karya Ibnu al-Jauzi, seorang ulama ternama abad ke 6, ada sebuah petuah dari seorang tabi’in bernama Sufyan bin ‘Uyainah.

“Siapa yang membagus-baguskan diri untuk manusia dengan sesuatu yang Allah ketahui bahwa hal tersebut tidak sama (seperti yang dilihat manusia), maka Allah akan menjatuhkan kehormatannya,” kata beliau.

Petuah ini sangat relevan untuk kita camkan agar kita tidak berperilaku yang justeru menodai kemuliaan Idul Fitri. Seperti kita saksikan bersama, banyak di antara kita berupaya ingin tampil “keren” di hari raya ini hanya sekedar untuk dilihat dan dipuji oleh orang lain.

Tak jarang, ada yang memaksakan diri untuk tampil mewah tanpa memperhitungkan kemampuan. Contoh, memaksakan diri mengenakan baju mahal, kendaraan bagus, dan pernak pernik gaya hidup lain secara berlebihan.

Nasihat Sufyan bin ‘Uyainah tadi mengingatkan kita bahwa apapun yang kita tunjukkan kepada orang lain akan sangat berbahaya untuk diri kita bila ternyata semua tidak sesuai dengan kemampuan atau kenyataan diri kita. Yakni, Allah swt akan menghinakan kita atas kedustaan yang kita perbuat.

Mulut kita mungkin bisa berkilah, bahwa semua yang kita lakukan adalah demi menghormati hari kemenangan, atau alasan alasan sejenis lainnya. Namun, bila nurani kita mengatakan bahwa semua itu kita paksakan, maka kenyataan yang ada dalam diri kita adalah sekedar ingin memuaskan diri dengan pujian dan pujaan dari orang lain.

Bila itu yang terjadi, maka sesungguhnya kita telah terjerumus dalam tindakan riya (pamer), membohongi orang lain dan juga berbohong pada diri sendiri.
Adalah benar, bahwa Allah menyukai keindahan. Bahkan, Rasulullah juga mengajarkan kita agar senantiasa berpenampilan bagus di depan siapa pun dan kapanpun.

Tidak ada salahnya pula, kita berpenampilan bagus di depan orang lain. Namun, semua itu, kata ajaran agama kita, jangan sampai dilandasi dengan kedustaan dan riya’.

Rasulullah saw bersabda, “dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa orang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan orang kepada neraka.”(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan lainnya)

Tetaplah Sederhana
Lantas, bagaimana seharusnya kita merayakan hari kemenangan ini? Tak lain adalah dengan tetap menyambut dan merayakannya dengan penuh hidmat serta penghormatan, namun tidak diwarnai sikap israf (berlebih-lebihan di luar kemampuan) dan tabdzir tabdzir (menggunakan sesuatu pada sesuatu yang tidak layak).

Allah berfirman: “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah ﷻ tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31).

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw juga mengajarkan kita untuk berpakaian indah namun tidak harus bermewah-mewah. Beliau menegaskan, “Barangsiapa meninggalkan pakaian (mewah) karena merendahkan diri kepada Allah ﷻ, padahal dia mampu mengenakannya, niscaya Allah ﷻ memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk untuk disuruh memilih jenis pakaian iman mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan. (HR At-Tirmidzi). Jatengdaily.com-St

Written by Jatengdaily.com

Lebaran, 7.703 Napi di Jateng Dapat Remisi, 57 Orang Langsung Bebas

Penyebab Tujuh Orang Meninggal Kecelakaan Bus Rosalia Indah, Diduga Sopir Bus Mengantuk