Oleh Nia Samsihono
Kata-kata sederhana dan mudah dipahami hendaknya digunakan untuk berkomunikasi. Hal ini membantu pesan kita lebih mudah disampaikan dan dipahami oleh orang-orang dari berbagai latar belakang. Sebaiknya kita hindari menggunakan kata-kata yang terlalu rumit atau istilah khusus yang mungkin tidak familiar bagi semua orang.
Sadarkah kita, sekarang ini bahwa kehidupan di sekeliling kita di masa menjelang Pilpres 2024 telah berseliweran kata-kata tingkat dewa yang sangat sulit dipahami masyarakat. Pemilihan umum yang akan segera dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024 menjadi sorotan utama di berbagai media massa.
Tak hanya politikus dan partai politik yang menjadi perbincangan hangat, namun juga kosakata tertentu yang menjadi tren dalam diskusi publik. Kosakata tersebut bukan hanya mencerminkan perbedaan pendapat, tetapi juga menciptakan dinamika dan nuansa tersendiri dalam pesta demokrasi ini. Istilah-istilah baru muncul sebagai representasi pemikiran para kontestan pemilu kali ini.
Berikut adalah sejumlah kosakata yang bertebaran di media menjelang pemilu, antara lain: hoaks politik, kampanye hitam, kontestasi ideologi, oposisi konstruktif, konsolidasi elektabilitas, digitalisasi politik, demokrasi partisipatif. Apa makna dari kata-kata itu? Pahamkah masyarakat dengan makna kata tersebut?
Hoaks politik, atau disebut juga dengan “political hoaxes” atau “disinformation,” merujuk pada penyebaran informasi palsu atau manipulatif yang bertujuan untuk memengaruhi opini publik terkait isu-isu politik. Hoaks politik mencakup berita palsu, manipulasi gambar atau video, serta penyajian data yang disengaja untuk menyesatkan. Tujuan utama dari hoaks politik adalah untuk menciptakan ketidakpastian, memicu konflik, atau mengubah persepsi masyarakat terhadap suatu isu atau tokoh politik.
Kampanye Hitam sering disebut sebagai black campaign dalam bahasa Inggris, merujuk pada strategi politik atau promosi yang dilakukan dengan cara menyerang atau mencemarkan nama baik lawan politik. Tujuannya untuk merusak citra dan reputasi lawan politik, melalui penyebaran informasi negatif, tuduhan palsu, atau serangan pribadi yang tidak berdasar.
Kontestasi Ideologi merujuk pada bentuk persaingan atau pertentangan antara berbagai ideologi yang berbeda. Kontestasi ideologi terjadi ketika berbagai kelompok memiliki pandangan berbeda mengenai bagaimana masyarakat seharusnya diatur, dan dijalankan. Sejarah mencatat adanya konflik berskala besar yang dipicu oleh perbedaan ideologi, seperti Perang Dingin antara blok Barat dan Timur yang didasarkan pada perbedaan antara kapitalisme dan komunisme.
Oposisi Konstruktif adalah pendekatan politik pada partai oposisi yang menentang kebijakan pemerintah, tetapi juga berupaya memberikan alternatif dan kontribusi positif dalam pembuatan kebijakan. Oposisi konstruktif bersifat kooperatif dan terlibat proses pembuatan keputusan dengan memberikan masukan konstruktif, solusi alternatif, dan mendukung langkah yang bermanfaat bagi masyarakat. Oposisi konstruktif mencakup kritik yang membangun, fokus pada substansi kebijakan daripada serangan personal, dan berusaha untuk sepakat melalui dialog dan diskusi.
Konsolidasi elektabilitas yaitu upaya memperkuat dan meningkatkan dukungan serta popularitas di mata masyarakat. Ini dirancang untuk membangun, mempertahankan, atau memperluas basis dukungan elektoral, melalui pesan dan narasi yang mencerminkan nilai dan tujuan yang penting oleh pemilih target. Konsolidasi elektabilitas adalah langkah penting selama kampanye pemilihan.
Digitalisasi politik melalui media sosial menjadi sarana utama dalam menyebarkan informasi dan membangun opini. Ini untuk mendapatkan keunggulan dalam meraih dukungan masyarakat. Perubahan drastis dalam cara kita berkomunikasi, mendapatkan informasi, dan terlibat dalam kehidupan politik telah mendorong munculnya fenomena yang dikenal sebagai digitalisasi politik.
Demokrasi Partisipatif adalah sistem pemerintahan ketika warga negara tidak hanya memiliki hak untuk memilih para pemimpin mereka, tetapi juga aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik. Partisipasi masyarakat lebih luas dan lebih langsung, melibatkan rakyat dalam pembentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Partisipasi langsung masyarakat juga dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi potensi korupsi, karena lebih banyak mata yang memantau tindakan pemerintah.
Pemilu Februari 2024 bukan hanya tentang perebutan kekuasaan, tetapi juga tentang perbincangan dan pertarungan melalui kata-kata. Kita mengenal kata ‘omon-omon’ diucapkan oleh Prabowo Subianto dalam debat capres 2024. Kata itu menyiratkan sindiran negatif pada lawan yang dianggap hanya dapat berkata tetapi tidak dapat berbuat nyata.
Ada juga kata ‘gimik’, yaitu bermakna memanfaatkan kemasan, tampilan, alat tiruan, serangkaian adegan untuk mengelabuhi, memberikan kejutan, menciptakan suatu suasana, atau meyakinkan orang lain. Lema ini, menurut KBBI, adalah gerak-gerik tipu daya aktor untuk mengelabui lawan peran. Kemudian ada kata ‘gemoy’ yang artinya mengacu pada sesuatu yang lucu dan menggemaskan. ‘Gemoy’ sendiri merupakan plesetan dari kata ‘gemas’.
Kata lainnya, yaitu ‘slepet’ yang berasal dari bahasa Jawa yang kerap digunakan dalam percakapan sehari-hari di masyarakat. ‘Slepet’ dalam bahasa Jawa adalah tindakan menyebat atau melecut, mengacu pada gerakan memukul dengan tali atau benda yang panjang dan tidak kaku. Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin Iskandar, memperkenalkan kata “slepet” pertama kali dalam visi-misinya bersama calon presiden Anies Baswedan. Ia menjelaskan bahwa kata slepet bukan sekadar gerakan fisik, tetapi juga simbol kebangkitan, penggerak, dan pengingat akan ketidakadilan.
Kosakata yang mencerminkan dinamika politik dan sosial ini menciptakan suasana yang sarat tantangan, serta menggambarkan kompleksitas pesta demokrasi yang sedang kita jalani. Bagaimanapun juga, peran masyarakat dalam menyaring informasi dan mengambil keputusan yang bijak menjadi kunci utama untuk memastikan masa depan yang lebih baik. Dengan berkomunikasi secara sederhana, kita dapat menciptakan lingkungan yang memastikan bahwa semua orang dapat berpartisipasi dengan nyaman dalam diskusi atau pertukaran ide. Jadi, mari kita jaga kesederhanaan dalam berkomunikasi untuk membangun hubungan yang lebih baik dan menghindari kesalahpahaman.
*Nia Samsihono adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta. Jatengdaily.com-st