JENA (Jatengdaily.com) – Pesantren Life Skill Daarun Najaah menggelar acara Visiting Lecturer yang menghadirkan narasumber internasional, Dr. Susanne M. Hoffmann, seorang astronom dan sejarawan sains dari Friedrich Schiller University, Jena, Jerman, Rabu, 2 Oktober 2024.
Acara yang berlangsung di Mushollatorium At Taqiy ponpes pada pukul 18.30 WIB ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Life Skill Daarun Najaah.
Acara dibuka dengan sambutan hangat dari pengasuh pesantren, Prof. Dr. Ahmad Izzudin. Hadir pula dalam acara tersebut Dr. Adib Rofiuddin (Kaprodi Ilmu Falak S2 UIN Walisongo) dan Ahmad Munif, M.Si (Kaprodi S1 Ilmu Falak UIN Walisongo), keduanya merupakan alumni pondok Life Skill. Turut hadir juga Ahmad Syaikhu, M.H., salah satu pembina pondok yang sedang menempuh S3.
Dr. Susanne M. Hoffman menyampaikan rasa terima kasih dan kebahagiaannya atas sambutan yang diberikan. Beliau hadir atas undangan para profesor dan menyatakan kebanggaannya dapat bertemu para santri untuk saling berbagi ilmu.
Hoffmann, yang menguasai berbagai bidang seperti astrofisika dan astroimage, mengungkapkan ketertarikannya untuk meninjau program studi Ilmu Falak di UIN Walisongo Semarang.
Dalam sesi tanya jawab, M. Firliyanto menanyakan tentang kesulitan dalam penelitian sejarah astronomi. Dr. Hoffmann menyarankan untuk mencari literatur, berkonsultasi dengan pakar, dan menelaah manuskrip kuno di perpustakaan.
Dia menekankan pentingnya membedakan antara mengetahui buku dan membaca buku untuk memahami referensi dan sinopsis.
Khomsul Fauzi mengajukan pertanyaan mengenai disertasi Dr. Hoffmann. Beliau menjelaskan bahwa disertasi pertamanya berkaitan dengan astrofisika dan teori bentuk bumi, sementara disertasi kedua berfokus pada kultur astronomi di era Babilonia dan Mesir, membandingkan dan merekonstruksi katalog rasi bintang dari kedua peradaban tersebut.
Ahmad Haikal bertanya tentang kecerdasan buatan (AI). Dr. Hoffmann menjelaskan bahwa AI memiliki tipe yang berbeda-beda dan menggunakan algoritma untuk merespons bahasa yang diinputkan.
Namun, beliau menekankan pentingnya mengecek ulang hasil dari AI karena kemampuannya yang terbatas dalam merespons dengan baik.
Acara ini menjadi ajang pertukaran ilmu yang berharga antara akademisi internasional dan komunitas pesantren, membuka wawasan baru dalam bidang astronomi dan sejarah sains. Penulis: Ilham Majid-St