Regenerasi Petani Salatiga, Mungkinkah?

Oleh: Dani Dwi Widagdo
Pranata Komputer Ahli Muda di BPS Kota Salatiga
SEKTOR pertanian mempunyai potensi besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Fakta bahwa masih terjadi penyerapan tenaga kerja yang tinggi di sektor pertanian, bersama dengan sumbangan devisa yang cukup besar dari sektor agribisnis yang sedang berkembang pesat, dan penyediaan bahan baku untuk industri hilir, menunjukkan ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19.
Mengingat situasi ini, pentingnya penyediaan data sektor pertanian yang akurat dan tepat waktu menjadi sangat nyata karena dapat membantu pemerintah dan pemangku kepentingan dalam merencanakan serta mengembangkan kebijakan, baik untuk kepentingan domestik maupun pembangunan nasional, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi.
Berdasar data Dinas Pangan dan Pertanian Kota Salatiga, tercatat Salatiga memiliki luas wilayah sekitar 5.678 Ha. Data semester 1/2023 dengan lahan pertanian (sawah dan bukan sawah) seluas 2.369 Ha atau 41,7 persen dari total luas Salatiga, dengan luas lahan sawah 572 Ha dan lahan bukan sawah 1.797 Ha.
Potensi sektor pertanian di Salatiga jika dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) relatife stabil di angka 4,5 persen (data tahun 2020-2022), hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian turut mewarnai perekonomian di Kota Salatiga.
Pertumbuhan ekonomi Salatiga saat pandemi Covid-19 sempat mengalami kontrkasi. Tahun 2020 perekonomian Salatiga tumbuh negatif sebesar -1,68 persen. Hal ini dipengaruhi oleh pembatasan kegiatan yang saat itu diberlakukan. Perlahan perekonomian Salatiga mulai membaik, dengan ditandai pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 sebesar 3,35 persen dan 5,35 persen di tahun 2022.
Meskipun perekonomian sektor pertanian di Salatiga sempat juga mengalami pertumbuhan negatif -1,38 persen (2020), namun pada periode berikutnya (2021) mengalami pertumbuhan positif senilai 2,60 persen dan 3,59 persen di tahun 2022.
Hasil Sensus Pertanian 2023 (ST2023) di Kota Salatiga terdapat 6.017 rumah tangga pertanian, dari total 68.723 rumah tangga, atau sekitar 8,75 persen rumah tangga berusaha di sektor pertanian. Di dalamnya termasuk sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan dan jasa pertanian. Masih dari hasil ST2023, petani di Salatiga didominasi oleh kelompok usia 55-64 tahun sebesar 28,62 persen dari total rumah tangga pertanian disusul kelompok usia 45-54 tahun, sebesar 25,28 persen.
Kondisi ini memberikan gambaran bahwa minat generasi muda dalam menjalankan usaha bidang pertanian relatif rendah. Tercatat pengelola pertanian di rumah tangga tangga tani dengan rentang usia 25-34 tahun hanya sebanyak 4,72 persen. Dengan kata lain, 53 persen petani di Salatiga adalah berusia 45 tahun ke atas.
Dari beberapa kondisi tersebut, masih menarikkah usaha pertanian bagi kaum milenial? Berlumpur-lumpur di sawah dan tegalan yang luasnya kurang dari setengah hektar dan mungkin hasilnya tidak bisa diharapkan? Namun jika kaum muda tidak ada yang mau terjun ke dunia pertanian, lalu siapa yang akan melanjutkan estafet Pembangunan pertanian di masa datang?
Mungkin ini menjadi salah satu perhatian pemerintah Kota Salatiga, selain meningkatkan produksi pertanian, bahwa keberlangsungan pertanian di Salatiga tetap terjaga, terutama rumah tangga pertanian perorangan. Regenerasi sudah saatnya dilakukan. Berbagai strategi dan kebijakan perlu dilakukan untuk menarik minat generaasi muda. Bagaimana membuat sektor pertanian tampak cantik di mata kaum milenial. Tentu harus ada daya tariknya.
Salah satunya adalah harga produksi pertanian. Jaminan kepastian harga produksi sangat diperlukan. Sering kita dengar petani cabe atau bawang merugi karena harga jatuh. Keadaan ini mungkin menjadi pengaruh lunturnya semangat bertani. Kata kuncinya adalah jaminan harga dari pemerintah. Saat panen raya, pemerintah harus siap menyerap hasil panen agar harga tetap stabil.
Penggunaan modernisasi pertanian berbasis teknologi informasi mungkin bisa menjadi salah satu sarana untuk menarik minat kaum muda bertani. Apabila tersedia sarana yang membuat proses bertani lebih efektif dan efisien mungkin sedikit banyak akan mempengaruhi kaum muda untuk mau bertani.
Pendidikan tentang pertanian perlu dikenalkan di sekolah sejak dini, walaupun tidak spesifik pada mata pelajaran pertanian, namun lebih kepada prakarya atau ketrampilan yang porsi dan jam pembelajarannya perlu ditambah untuk mengenalkan tentang dunia pertanian, seperti menyemai bibit, menanam dan merawat tanaman, mencangkok, berkebun tanaman sayur dan sebagainya.
Bersyukur sepak terjang pertanian masih tumbuh positif. Semoga hasil Sensus Pertanian 2023 ini dapat memberikan gambaran bagi generasi muda dan sekaligis menjadi momentum untuk siap menjadi pelaku keberlanjutan Pembangunan pertanian di Salatiga. Jatengdaily.com-yds