Oleh: Nia Samsihono
Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, merupakan salah satu kota yang terus berjuang melawan ancaman banjir. Dengan populasi yang terus bertambah dan infrastruktur yang berkembang, tantangan banjir menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat setempat. Banjir di kota Semarang merupakan masalah yang sangat serius dan memerlukan perhatian serta tindakan yang tepat dari pemerintah dan masyarakat.
Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Semarang memiliki sejumlah faktor yang menyebabkan masalah banjir, termasuk topografi yang cenderung datar, curah hujan yang tinggi, sistem drainase yang kurang memadai, serta pembangunan yang tidak terkendali.

Sebagai salah seorang yang pernah mengalami dampak banjir ketika menetap di Semarang, saya heran mengapa banjir terus mendera Kota Semarang. Pada tahun 1978 saya pernah kos di kawasan dekat kampus Hayam Wuruk (Fakultas Sastra Undip), yaitu di Jalan Atmodirono 1 nomor 2.
Setiap hujan terjadi banjir, kampus Undip juga banjir sehingga banyak mahasiswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran. Di kamar kos, air mencapai selutut, terpaksa para pemondok menyelamatkan kasur dan lainnya ke tempat yang tidak dapat digapai air.
Baca Juga:Upaya Pencegahan Bencana, Pemkot Semarang Dukung Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca
Ketinggian air lama surutnya, para mahasiswa yang kos di rumah itu duduk di meja atau bangku yang tidak tersentuh air. Saya duduk di atas meja belajar makan susu bubuk dari kaleng karena tidak bisa keluar mencari makan. Itu saya alami 46 tahun yang lalu.
Sekarang tahun 2024, banjir masih juga terjadi di Semarang hingga stasiun kereta api Tawang pun ditutup. Semua tahu bahwa banjir bukanlah masalah baru di Semarang. Sejak beberapa tahun terakhir, banjir menjadi peristiwa yang hampir terjadi setiap tahun saat musim hujan tiba.
Hal ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari warga, tetapi juga mengancam infrastruktur kota, keamanan, dan kesejahteraan penduduk. Pemerintah setempat perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.
Hal ini termasuk investasi dalam sistem drainase yang lebih baik, pemeliharaan yang teratur dari saluran air, serta upaya pencegahan yang lebih efektif seperti penghijauan dan pengelolaan lahan yang lebih baik. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan sistem drainase juga harus ditingkatkan.
Pembangunan ilegal di daerah rawan banjir harus dihentikan, dan regulasi yang ketat harus diberlakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut.
Masyarakat di perkampungan tidak memiliki saluran air yang seharusnya ada. Saluran air ditiadakan diganti dengan jalan masuk ke masing-masing rumah. Saluran air dibiarkan mendangkal tak terurus.
Sangat ingin Kota Semarang menjadi nyaman dan lepas dari urusan banjir. Memang sangat diperlukan perencanaan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa kota Semarang dapat menghadapi tantangan banjir dengan lebih baik di masa depan.
Dalam keseluruhan, penanganan masalah banjir di kota Semarang memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak serta komitmen yang kuat untuk melakukan perubahan nyata.
Hanya dengan upaya bersama, kota Semarang dapat menjadi lebih tahan terhadap bencana alam seperti banjir dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi penduduknya.
Pertanyaan apakah banjir akan menjadi masalah abadi di Kota Semarang adalah hal yang kompleks dan sulit untuk dijawab dengan pasti.
Namun, kita dapat melihat beberapa faktor yang dapat memengaruhi potensi keberlanjutan masalah banjir di Kota Semarang, antara lain topografi yang dimiliki kota Semarang. Sebagian besar wilayahnya terletak di bawah permukaan laut. Kondisi ini membuat kota ini rentan terhadap banjir, terutama saat curah hujan yang tinggi atau ketika pasang laut yang ekstrem.
Pertanyaan klise, mengapa negeri Belanda bisa membangun kota di bawah permukaan laut? Bukannya anak bangsa Indonesia banyak yang pandai untuk melakukan pembangunan seperti negara Belanda? Pembangunan memang sudah dilakukan di Semarang, tetapi sifatnya tidak holistik dan berkelanjutan.
Pembangunan yang tidak terkendali, terutama di daerah resapan air, dapat mengurangi kemampuan alam untuk menyerap air hujan. Selain itu, pencemaran lingkungan seperti sampah plastik dan limbah dapat menyumbat saluran air, memperparah genangan air.
Dengan perubahan iklim global yang terjadi, cuaca ekstrem seperti hujan deras dapat menjadi lebih sering dan intens di masa depan. Ini dapat memperparah masalah banjir di Kota Semarang. Kembali lagi imbauan yang selalu diungkapkan, yaitu meskipun banjir merupakan masalah yang rumit, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampaknya.
Pembangunan infrastruktur yang memadai seperti sistem drainase yang baik, pengendalian banjir, dan revitalisasi sungai dapat membantu mengurangi risiko banjir di Kota Semarang. Lihatlah pendangkalan Sungai Banjir Kanal Barat yang lambat pemeliharaannya menjadi salah satu sebab utama terjadinya banjir.
Nia Samsihono adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta. Jatengdaily.com.St