SEMARANG (Jatengdaily.com) – Suasana di bioskop XXI Paragon Mall Semarang, Jumat (15/8/2025), mendadak hening. Sesekali hanya terdengar isak tangis penonton yang tak kuasa menahan haru.
Sore itu, Komunitas Ayah pegawai Perwakilan BKKBN Jawa Tengah bersama komunitas Gardu Perak, Duta Genre, serta Ikatan Penulis Keluarga Berencana Jateng, menggelar nonton bareng film Panggil Aku Ayah.
Tak hanya para pegawai laki-laki, jajaran perempuan pun ikut larut, termasuk Kepala Perwakilan BKKBN Jateng, Eka Sulistia Ediningsih. Kebersamaan itu menjadi istimewa, karena film garapan sutradara Benni Setiawan ini tak sekadar hiburan, tetapi menyentuh sisi terdalam peran ayah dalam kehidupan anak.

Film yang diadaptasi dari film Korea Pawn ini bercerita tentang Dedi (Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir), dua penagih utang yang secara tak terduga harus mengasuh seorang anak kecil, Intan atau Pacil (Myesha Lin). Dari hubungan semula yang penuh penolakan, keduanya perlahan tumbuh menjadi sosok ayah yang tulus bagi Pacil, hingga ia dewasa (Tissa Biani).
Alur kisahnya mengaduk perasaan. Tawa kecil di awal berganti menjadi tangis saat konflik keluarga muncul. Adegan ketika Intan kecil merintih ingin kembali pada ibunya, atau kala ia bersuara lirih, “Dia bukan ayahku. Mang Dedi jemput aku sekarang,” membuat banyak penonton mengusap air mata dengan cepat.
Eka Sulistia Ediningsih mengaku film ini sangat relevan dengan misi BKKBN dalam membangun keluarga yang kuat.
“Seorang ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Itu akan terbawa sampai dewasa, meskipun ayah itu bukan ayah biologis seperti dalam film ini,” ujarnya usai pemutaran.
Menurutnya, film ini bisa menjadi cermin bagi para ayah untuk hadir sebagai pendidik, teladan, dan sahabat bagi anak-anaknya, sejalan dengan program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).
Suasana haru juga dirasakan komunitas lain yang hadir. Ika Kamila dari Gardu Perak menegaskan, figur ayah bukan hanya soal darah, tetapi tentang kehadiran dan keteladanan.
“Kehadiran seorang ayah akan membangkitkan rasa percaya diri anak,” ucapnya.
Bagi Duta Genre Jateng, Salsabila Rahma Putri dan Muh Fadlan, film ini membangkitkan kenangan personal yang dalam. Dengan suara tercekat, Salsabila mengaku kembali merasakan kehilangan ayahnya.
“Ayah saya meninggal beberapa waktu lalu, menonton film ini bikin kangen… saya menangis, tak bisa berkata-kata lagi,” ujarnya sambil menahan tangis.
Fadlan pun tak kuasa menambahkan, “Ayah yang membentuk karakter saya. Kami berdua sama-sama sudah tidak punya ayah. Sosok ayah itu luar biasa, lebih dari sekadar hubungan darah.”
Sore itu, Paragon XXI bukan hanya menjadi tempat pemutaran film, tetapi juga ruang refleksi tentang makna ayah bagi anak-anak. Tentang kasih sayang, pengorbanan, dan cinta yang sederhana namun tak tergantikan. Film Panggil Aku Ayah benar-benar menjelma menjadi jembatan emosi yang membuat penonton pulang dengan hati yang penuh haru. St