Dari Fun Walk hingga Pesan Serius: Kemenag Ingatkan Pentingnya Pencatatan Nikah

IMG-20250928-WA0033

Dirjen Bimas Islam Prof Dr Abu Rokhmad mewakili Menteri Agama RI, Ketua Baznas RI Prof Dr H Noor Achmad MA, Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Dr Ahmad Zayadi MPd, Kepala Kanwil Kemenag Jateng Dr Saiful Mujab dan Ketua Umum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji melaunching Gerakan Sadar Pencatatan Nikah (Gasnikah) melalui Keluarga Sakinah Fun Walk di Car Free Day (CFD) halaman Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima Semarang, Minggu (28/9).Foto:dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Lautan manusia berkaus putih-hitam tumpah ruah di kawasan Car Free Day (CFD) Simpanglima, Semarang, Minggu (28/9).

Ribuan keluarga besar Kementerian Agama se-Jawa Tengah bersama masyarakat umum bergerak serempak mengikuti Sakinah Fun Walk, bagian dari kampanye nasional Gerakan Sadar Pencatatan Nikah (Gasnikah).

Suasana pagi yang hangat berubah meriah ketika Dirjen Bimas Islam Prof Dr Abu Rokhmad, mewakili Menteri Agama RI, mengibaskan bendera start. Derap langkah pun bergemuruh.

Sejumlah tokoh nasional dan daerah ikut menyatu dalam barisan, mulai dari Ketua Baznas RI Prof Noor Achmad, Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Dr Ahmad Zayadi, Kepala Kanwil Kemenag Jateng Dr Saiful Mujab, Ketua MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji, hingga perwakilan Gubernur Jateng.

Mereka tak segan berjalan beriringan dengan ribuan warga, menyusuri Lapangan Pancasila, Jalan Pahlawan, lalu kembali ke halaman Masjid Raya Baiturrahman.

Namun di balik keringat, tawa, dan sorak-sorai, tersimpan pesan serius: nikah harus tercatat demi masa depan keluarga dan bangsa.

Gasnikah: Menjawab Krisis Sosial

Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Dr Ahmad Zayadi, menegaskan, Gasnikah bukan sekadar administrasi. “Ini fondasi keadilan keluarga, perlindungan perempuan dan anak, sekaligus ketahanan bangsa,” ujarnya.

Ia mengingatkan, masih banyak perkawinan tidak tercatat, membuat perempuan dan anak kehilangan hak hukum atas waris, nafkah, hingga identitas.

“Status perkawinan yang tak jelas bisa berujung sengketa dan kerentanan sosial,” katanya.

Kondisi itu kian diperparah oleh tren generasi muda: narasi negatif tentang pernikahan, menurunnya minat menikah dalam satu dekade terakhir, dan tingginya angka perceraian di usia pernikahan muda.

Fakta Mengkhawatirkan

Data Kemenag dan Pemprov Jateng memperlihatkan tren penurunan tajam. Pada 2024, dari 3,4 juta pasangan menikah, hanya 1,5 juta yang tercatat resmi. Angka perceraian justru menembus 30 persen.

Di Jateng sendiri, penurunan pencatatan nikah menjadi yang terbesar di Indonesia: 161.598 kasus hilang dari catatan pada 2024, dan pada Agustus 2025 kembali turun hingga 131.559 peristiwa.

“Jika keluarga rapuh, bangsa pun ikut goyah. Karena itu kami dorong anak muda yang sudah siap lahir batin untuk menikah dan mencatatkannya di KUA,” tegas Prof Abu Rokhmad dengan nada serius.

Kemeriahan dan Haru

Acara kian hidup dengan kajian singkat Ustaz Ahmad Romzi dan lantunan religi Woro Widowati yang memikat massa. Baznas pun hadir membagikan bantuan bagi penyandang disabilitas dan anak yatim.

Sorak kegembiraan memuncak saat panitia mengundi doorprize. Hadiah utama berupa paket umrah dari PT ABBA Tour jatuh ke tangan Budiyanto (73), warga Rusun Kaligawe Semarang.

Air matanya pecah saat menerima hadiah dari Plt Kepala Biro Kesra Jateng Gunawan Sudharsono.

“Saya tidak menyangka… alhamdulillah, saya bisa berangkat ke tanah suci,” ucapnya terisak, disambut tepuk tangan peserta.

Pernikahan Bukan Sekadar Seremoni

Dalam sambutan tertulis, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi menekankan bahwa pencatatan nikah adalah perlindungan hukum dan masa depan generasi.

“Tanpa pencatatan, anak-anak sulit mendapat akta kelahiran, akses pendidikan, bahkan hak waris,” pesannya.

Data terbaru menunjukkan, hingga Juli 2025 angka perceraian di Jateng sudah mencapai 22.648 kasus, sebagian besar karena faktor ekonomi dan disharmoni rumah tangga.

“Ini alarm bahwa perkawinan bukan hanya soal cinta, tapi kesiapan mental, spiritual, ekonomi, dan administrasi yang sah,” tandasnya.

Kegiatan ini pun bukan sekadar jalan sehat. Ia menjadi pengingat keras, bahwa di balik pesta rakyat dan tawa anak-anak, ada amanah besar: menjaga sakralitas pernikahan, meneguhkan keluarga, dan menguatkan bangsa. St