in

Denny JA Sambut Baik Bimtek Puisi Esai, Ruang Publik Bukan Hanya Tempat Debat dan Gosip

Narasumber, panitia, dan peserta Bimbingan Teknis Penulisan Puisi Esai Berbasis AI berfoto bersama di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Blora, Kamis, 19 Juni 2025. Foto:dok

BLORA (Jatengdaily.com) – Ketua Umum Satupena Pusat Denny JA menyambut baik Bimbingan Teknis Pelatihan Puisi Esai Berbasis Artificial Intelligence di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang diselenggarakan oleh Satupena setempat.

Dari 90 peserta yang hadir, ia berharap akan lahir suara-suara baru, mereka yang bersaksi melalui puisi esai, tentang kisah nyata yang menyentuh rasa kemanusiaan kita dan ikut mewarnai ruang publik dengan kejujuran, empati, dan keindahan kata.

Hal itu dikemukakan Denny JA dalam sambutan tertulis yang dibacakan Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie sebelum membuka kegiatan Bimbingan Teknis Pelatihan Puisi Esai Berbasis Artificial Intelligence di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Blora, Kamis, 19 Juni 2025.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Satupena Kabupaten Blora bersama Satupena Jawa Tengah, Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah, Forum Kreator AI, dan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Blora.

Hadir pada kegiatan itu Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Blora Muhammad Toha, Duta Puisi Esai Nasional dari Jawa Tengah Habibaturrohmah, sejumlah tokoh literasi, para guru, para siswa SMA dan SMK, para santri dari Wilayah Kabupaten Blora, bahkan dari kabupaten tetangga, Rembang.

Menurut Denny, pada akhirnya, ruang publik bukan hanya tempat untuk debat dan gosip, tetapi juga tempat bagi permenungan, kedalaman, dan jiwa bangsa yang sedang mencari dirinya sendiri.

Ruang publik kita, hari-hari ini, terlalu padat oleh berita tentang pejabat yang ditangkap, ijazah yang dipalsukan, politik yang dibakar sensasi, dan hoaks yang berseliweran secepat angin tak bernama. Seakan-akan, ruang publik hanya milik kebisingan. Seakan-akan, kesunyian yang memuat makna tak punya tempat di tengah gegap gempita.

“Tetapi kita tahu, di sela hiruk-pikuk itu, manusia tetap merindukan sesuatu. Merindukan yang jujur dan menyentuh. Yang menghidupkan kembali kesadaran terdalamnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, saatnya ruang publik kita juga diisi oleh lebih banyak sastra. Saatnya ia diwarnai oleh lebih banyak puisi. Dan lebih dari itu, lebih banyak puisi esai.

Denny menuturkan, puisi esai adalah jembatan antara fakta dan perasaan. Di zaman banjir informasi, kita tak kekurangan data. Tapi kita kekurangan makna. Puisi esai hadir bukan sekadar mencatat peristiwa, tetapi juga menyentuh hati tentang apa arti peristiwa itu bagi manusia.

Denny berpendapat, puisi esai memberi tempat bagi suara yang terpinggirkan. Banyak narasi tak sempat masuk berita utama: tangis pengungsi, harapan kaum minoritas, doa seorang ibu di tenda darurat pascagempa. Puisi esai bukan sekadar karya sastra.

Ia adalah ruang kesaksian. Ia menjadikan puisi sebagai dokumentasi empati. Dan dalam dunia yang makin keras, kita perlu empati yang terus dihidupkan.

Selain itu, demikian Denny, puisi esai menghidupkan budaya berpikir dan merasa sekaligus. Ia menuntut data, referensi, dan logika. Tapi juga mengajak pembaca merenung, merasakan, bahkan menangis. Puisi esai melatih kita menjadi manusia yang lengkap: yang tak hanya berpikir dengan kepala, tapi juga mendengar dengan dada.

Gunoto Saparie mengawasi sesi bimtek tersebut dengan memperkenalkan puisi esai. Menurut dia, puisi esai adalah genre puisi panjang yang menggabungkan unsur puisi dan esai.

Ia bercerita tentang suatu peristiwa atau isu sosial dengan gaya naratif yang panjang, seringkali menyerupai prosa, namun tetap mempertahankan elemen-elemen puitis. Puisi esai juga seringkali dilengkapi dengan catatan kaki, yang memberikan konteks atau informasi tambahan terkait cerita yang disampaikan.

“Puisi esai memiliki cerita yang panjang, seringkali berbentuk babak-babak, yang menggambarkan dinamika karakter dan kenyataan sosial.  Puisi esai seringkali mengeksplorasi konflik sosial dan pengalaman batin individu yang terlibat dalam konflik tersebut,” ujarnya.

Meskipun berbentuk puisi, tutur Gunoto, puisi esai berusaha menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.  Puisi esai dapat memotret tokoh dan peristiwa nyata, namun tetap bersifat fiksi dalam penyampaiannya.

Kehadiran catatan kaki merupakan ciri khas puisi esai, yang memberikan informasi tambahan atau konteks bagi pembaca. Puisi esai juga menjadi subjek kritik, karena beberapa pihak menganggapnya terlalu dekat dengan prosa dan kehilangan esensi puitis.

Menyinggung periodisasi sejarah sastra, Gunoto mengatakan, Angkatan Puisi Esai adalah sebuah terobosan dalam dunia sastra Indonesia yang membuka peluang bagi penulis-penulis muda untuk berkreasi dengan genre baru yang kaya akan makna dan imajinasi.

Melalui genre ini, sastra Indonesia semakin menunjukkan kemampuannya untuk berkembang dan beradaptasi dengan zaman, menjembatani antara tradisi dan modernitas, antara seni dan intelektualitas.

Gunawan Trihantoro berbicara lebih praktis dan teknis tentang penciptaan puisi esai dengan memanfaatkan artificial intelligence. Ia mengingatkan, agar terlebih dulu kita memilih peristiwa nyata yang dramatis dan menggugah emosi.

Pastikan peristiwa tersebut pernah diberitakan di media. Jadikan peristiwa tersebut sebagai catatan kaki. Ubah kisah nyata itu menjadi puisi dengan narasi yang puitis. Tambahkan pula unsur fiksi untuk memperkuat emosi dan konflik cerita.

Selain itu, ujar Gunawan, gunakan bahasa yang komunikatif, menyentuh emosi, dan kaya metafora. Panjang puisi fleksibel, namun usahakan maksimal 500 kata (di luar catatan kaki). Berikan konteks sosial sebagai pengantar di awal puisi (tahun, tempat, isi peristiwa). Tambahkan dialog atau monolog untuk membuat cerita lebih hidup dan pelajari referensi.

Habibaturrohmah mengisahkan pengalamannya berjuang untuk mendapatkan predikat Duta Puisi Esai Nasional. Perjuangan yang tidak mudah. Habibaturrohmah setelah menyandang predikat membanggakan itu ingin agar puisi esai berkembang di masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. St

What do you think?

Written by Jatengdaily.com

Wali Kota Semarang Paparkan Upaya Pemkot Tangani Kemiskinan di Depan Menko Muhaimin 

Tim PkM USM Beri Pelatihan Pengembangan Jiwa Wirausaha di Kelurahan Kaligawe