Ibu Rumah Tangga Resah Beredarnya Beras Oplosan

Ilustrasi. Beras yang dijual di grosir. Foto: Siti KH
SEMARANG (Jatengdaily.com)- Ibu-ibu rumah tangga merasa resah menyusul beredarnya beras oplosan dan berat yang tidak sesuai dengan yang tertera di kemasannya. Hal ini mengingat beras opolsan yang diduga kuat beredar di pasaran ini adalah beras kelas premium dan medium, yang notabenya bermerek terkenal.
Salah satu yang mengeluhkan tersebut adalah Tari. Menurutnya, selama ini dia membeli beras yang bermerek yang dikemas dalam wadah 5 kilogram (Kg), dengan harga yang relatif mahal, di atas rata-rata beras yang dijual kiloan.
Keresahan ini menyusul, harga beras saat ini tidaklah murah, namun kenyataannya malah dioplos belum lagi diduga berat yang tidak sesuai dengan yang tertera di kemasannya. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini, dengan menertibkan dan memberi sanksi pada para pelaku.
Beras oplosan adalah beras premium dan medium yang dicampur dengan beras biasa (biasanya bulirnya banyak yang patah-patah) dan dijual dengan harga beras premium atau medium.
Seperti diketahui, dari pantauan hari ini di toko grosir di Kota Semarang, Kamis (17/7/2025) harga beras di pasaran di Kota Semarang untuk C4 berkisar Rp 79.500 per 5 Kg dan Rp 380.000 per 25 Kg.
Untuk beras Bramo Rp 72.500 per 5 Kg dan Rp 352.500 per 25 Kg. Beras Lele untuk 5 Kg dijual Rp 74.500 dan untuk 2,5 Kg dijual Rp 38.250.
Seperti diketahui, beberapa waktu ini fenomena beras oplosan mencuat. Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan telah menemukan 212 merek beras premium dan medium yang tidak memenuhi standar mutu, takaran, maupun harga eceran tertinggi (HET). Investigasi terhadap sampel beras tersebut diperkirakan menyebabkan kerugian konsumen hingga mencapai Rp 99 triliun.
Investigasi dilakukan di 10 provinsi pada 6–23 Juni 2025 terhadap 268 sampel beras dari 212 merek. Hasilnya, sebagian besar beras premium dan medium tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman kepada wartawan di Jakarta baru-baru ini mengatakan, ketidaksesuaian mutu beras premium mencapai 85,56 persen, 59,78 persen dijual melebihi HET, 21,66 persen memiliki berat yang tidak sesuai kemasan.
Untuk kategori medium, 88,24 persen tidak memenuhi standar mutu, 95,12 persen dijual di atas HET, dan 9,38 persen beratnya kurang dari yang tercantum.
Dilansir dari laman humas POlri, Satgas Pangan Polri telah memeriksa 22 saksi terkait dugaan ketidaksesuaian mutu beras yang ditemukan di pasaran. Namun, tak disebutkan rinci dari mana saja para saksi tersebut berasal.
“Penyidik satgas pangan Polri telah melakukan pemeriksaan terhadap 6 PT dan 8 Merk Beras kemasan 5 Kg, sehingga total saksi yang diperiksa saat ini ada 22 orang,” jelas Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helfi Assegaf kepada wartawan, Selasa (15/7/25).
Dijelaskan Brigjen Pol. Helfi, pemeriksaan tersebut untuk pendalaman ada atau tidaknya perbuatan melawan hukum atas dugaan penjualan beras dalam kemasan yang tidak sesuai komposisi tertera pada kemasannya. Ia mengungkap, hingga saat ini tim penyidik terus melakukan pemeriksaan kepada para pihak lainnya.
“Mulai hari ini penyidik Satgas Pangan Polri melakukan pemeriksaan terhadap 25 pemilik merk beras kemasan 5 Kg lainnya,” ungkap Brigjen Pol. Helfi.
Diketahui, informasi yang beredar bahwa terdapat 10 produsen beras yang dilakukan pendalaman. Kendati demikian, belum semua diperiksa oleh Satgas Pangan. she