in

Jaga Kebahagiaan Fitri dari Kebangkrutan

Prof Dr H Ahmad Rofiq MA

 

Oleh: Ahmad Rofiq

Tidak lama lagi Idul Fitri 1446 H segera menjemput kita. Bahagia dan sedih akan menyertai perjalanan kita. Bahagia karena kita segera mengakhiri puasa di bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan. Sedih karena kita ditinggalkannya. Spirit dan semangat kita beribadah meningkat tajam disbanding dengan bulan yang lain.

Namun ada yang lebih menjanjikan lagi adalah kebahagiaan kita kelak ketika berjumpa dengan Allah. Sederhananya, setelah puasa Ramadhan satu bulan, Allah telah mengampuni dosa-dosa kita sebagai hamba-Nya yang beriman. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan, atas dasar iman dan muhasabah, maka diampuni dosanya yang telah lalu”. Mari kita cermati ungkapan syair Kyai M. Mahfudh (2025) berikut:

Wahai Ramadhan engkau benar cintaku#sayangku, kebahagian dan sejahteraku

Wahai ramadhan sebentar lagi dikau akan meninggalkanku# jangan kau tinggalkan sendiri daku tanpa karibku

Kepergianmu adalah kepergian kekasihku# kau lenyapkan manisnya ibadah kepada Tuhanku

Wahai Tuhanku tolonglah aku menemukan RamadlanMu# Di tahun depan atas kehendak-Mu

Ada Ulama yang memahami bahwa idul fitri, itu berarti kembali menjadi ahli surga. Karena pada awalnya kita anak cucu Nabi Adam as, adalah ahli surga. Rasulullah saw menjelaskan, bahwa “bagi orang yang puasa, mendapatkan dua kebahagiaan; saat mengakhiri puasa (farhatun ‘inda iftharihi) dan saat berjumpa Allah (farhatun ‘inda liqaihi)” (Riwayat Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, dan An-Nasai). Bahagia karena kita telah memenangi jihad dalam memerangi hawa nafsu dan menyempurnakan ibadah puasa dengan zakat fitrah dan zakat mal, dan bahagia karena kita mendapat pintu khusus ar-Rayyan, langsung ke surga untuk berjumpa dengan Allah.

Ada pertanyaan yang tersisa, apakah ibadah puasa kita selama satu bulan ini, mampu membekas di hati dan fikiran kita, untuk terus beribadah seperti dalam bulan Ramadhan. Setelah itu, kembali pada kesucian atau fitrah, yang menurut Al-Farabi, hanya berkeinginan pada yang baik, benar, dan indah. Rasulullah saw mengingatkan: “Sekiranya umatku mengetahui rahasia kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan, sungguh mereka akan mengharapkan sepanjang tahun Ramadhan (semua)” (Dari Ibnu ‘Abbas).

Selesai ibadah puasa Ramadhan satu bulan, sebagaimana janji Allah, kita menjadi orang yang suci, fitri, dan bertaqwa (muttaqin). Indikatornya, dermawan baik di saat longgar maupun sempit; menahan amarah, dan memaafkan (kesalahan) orang lain (QS. Ali Imran: 134). Substansinya, dosa vertikal dihapus dan diampuni oleh Allah melalui ibadah puasa, memohon ampunan, dan menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan, dan silaturrahim adalah mekanisme penghapusan dosa sosial dengan orang tua dan sesama.

Apalagi karakteristik manusia yang di dalam dirinya terdapat unsur syaithaniyahnya, yang nyaris tidak mampu menghindari kekeliruan dan kesalahan, maka cara untuk memutihkan dosa sosial adalah dengan saling memaafkan. Karena apabila kesalahan dan dosa-dosa kita dengan sesama saudara kita tidak dimaafkan, akan membawa dampak pahala ibadah kita, shalat, puasa, zakat, dan haji kita akan diminta atau diambil alih oleh mereka yang kita beruat salah kepada mereka.

Suatu saat Rasulullah saw bertanya pada para Sahabat: “Riwayat dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Nabi saw bersabda: “Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu? Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut menurut kami, adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta benda lainnya. Beliau bersabda: “Orang yang bangkrut dari umatku, adalah orang yang datang di hari kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ia datang dalam keadaan telah mencela kehormatan ini, menuduh ini, memakan harta ini, menumpahkan darah ini, dan memukul ini. Maka orang ini akan diputuskan dengan diambilkan dari pahala amal kebaikannya, dan ini dari pahala amal kebaikannya, sehingga jika pahala kebaikannya telah habis sebelum tuntas semua tanggungannya, maka kesalahan-kesalahan mereka akan diambil dan diberikan kepadanya lalu, ia dilempar ke dalam neraka”(Riwayat Muslim 4678, Ahmad, 8497, At-Tirmidzi 2342).

Karena itu, kita ingat nasehat ‘Ali bin Abi Thalib kw. Pertama, “direndahkan tidak jadi sampah, disanjung tidak jadi rembulan. Maka jangan risaukan omongan orang, sebab setiap orang boleh menilaimu dengan pemahaman dan pengalaman yang berbeda”. Kedua, “teruslah melangkah selama engkau di jalan yang benar, meski terkadang kebaikan tidak selalu dihargai. Tidak usah repot-repot menjelaskan tentang kebaikan dirimu, sebab yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu”.

Selamat menjemput Idul Fitri 1 Syawal 1446 H dengan kebahagiaan sejati, mari kita waspada jangan sampai amal ibadah kita, diminta habis oleh orang yang menjadi sasaran ghibah dan fitnah kita. Ja’alana Allah wa iyyakum min al-‘Aidin wa l-Faizin, wa antum kulla ‘amin bi khair, taqabbala Allah wa minna taqabbal ya karim. Mohon maaf lahir dan batin. Allah a’lam bi sh-shawab.    

Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Rektor IKMB yang segera beralih menjadi Universitas Agung Putra Indonesia (UAPI), Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung (RSI-SA) Semarang, DPS BPRS Bina Finansia, dan Ketua DPS BPRS Kedung Arto Semarang.Jatengdaily.com-st

What do you think?

Written by Jatengdaily.com

One Way Diperpanjang di KM 70 Tol Jakarta-Cikampek – KM 210 Tol Palikanci

Polda Jateng Terapkan Buka-Tutup Rest Area, Pemudik Diminta Patuhi Aturan