SEMARANG (Jatengdaily.com) – Dunia arsitektur Indonesia kini memasuki babak baru dengan hadirnya riset revolusioner yang menggabungkan arsitektur dan neurosains. Dr. Rizka Tri Arinta, dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, resmi meraih gelar Doktor Arsitektur Digital dari Universitas Katolik Soegijapranata dengan disertasi yang meneliti NeuroArsitektur, sebuah pendekatan yang termasuk salah satu pertama kali dikembangkan di Indonesia.
NeuroArsitektur merupakan studi tentang bagaimana desain ruang memengaruhi otak dan perilaku manusia. Riset Dr. Rizka berhasil membuktikan bahwa faktor seperti pencahayaan, warna, suara, dan aroma dalam lingkungan kerja memiliki dampak signifikan terhadap tingkat kelelahan pekerja. Menggunakan pendekatan neurokognitif, ia mengamati pola respons otak pekerja di Tempat Pelayanan Dokumen Kependudukan (TPDK) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kota Semarang selama masa pandemi COVID-19, saat tingkat stres dan kelelahan berada pada puncaknya.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa desain ruang kerja yang mempertimbangkan tujuh aspek utama—kontras, atmosfer, kontekstualitas, dimensi, kepadatan, emosi, dan keaslian—dapat meningkatkan konsentrasi dan mengurangi kelelahan pekerja. Temuan ini menjadi landasan penting bagi perancangan ruang kerja masa depan yang lebih adaptif dan sehat, baik di sektor publik maupun swasta.
Rizka menegaskan bahwa pengkondisian multisensoris di lingkungan kerja dapat meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas, sekaligus meminimalisir elemen yang merangsang kelelahan, seperti bau menyengat atau suara bising yang berlebihan.
Penelitian inovatif ini tidak hanya mendapat pengakuan akademik, tetapi juga lolos dalam seleksi hibah Penelitian Disertasi Doktor dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tahun 2021.
Dengan pencapaian ini, Dr. Rizka Tri Arinta membuka peluang pengembangan dan kolaborasi riset NeuroArsitektur lebih lanjut di Untag Semarang. Ia berkomitmen untuk mengembangkan penerapan konsep ini secara lebih luas, termasuk dalam perancangan ruang bagi individu berkebutuhan khusus dan penguatan nilai-nilai nasionalisme dalam desain ruang publik.
“Arsitektur bukan sekadar estetika, tetapi juga tentang bagaimana kita menciptakan lingkungan yang mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Melalui NeuroArsitektur, kita dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” ujar Dr. Rizka penuh semangat.
Dengan inovasi ini, Untag Semarang semakin memperkuat reputasinya sebagai institusi yang berkontribusi dalam pengembangan ilmu dan teknologi, sekaligus menjawab tantangan zaman dengan solusi berbasis penelitian unggulan. Dunia akademik dan industri kini menantikan langkah-langkah selanjutnya dalam penerapan NeuroArsitektur di berbagai sektor. St