KENDAL (Jatengdaily.com) — Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Semarang (PkM USM) Hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) 2025, memperkenalkan inovasi teknologi tepat guna untuk Kelompok Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Desa Tamangede, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal.
Dalam program itu, kelompok tani menerima mesin rice milling multifungsi berbasis Internet of Things (IoT) yang tidak hanya menggiling padi menjadi beras, tetapi juga mampu memproduksi tepung beras dan bekatul berkualitas tinggi.
Kegiatan yang dipimpin Prof. Dr. Ir. Mudjiastuti Handajani bersama Dr. Ir. Andi Kurniawan Nugroho, S.T., M.T. dan Dr. H. Muhammad Ikhsan Setiawan, S.T., M.T itu melibatkan mahasiswa Program Studi Teknik Elektro USM.

Mereka memberikan pelatihan langsung mulai dari pengoperasian mesin, perawatan rutin, hingga strategi pemasaran digital untuk hasil olahan.
Menurut Anggota Tim PkM USM, mesin rice milling yang diserahkan bukan mesin biasa. Perangkat itu dilengkapi sensor suhu, sensor kelembaban, dan sensor berat yang terintegrasi ke sistem IoT, sehingga proses penggilingan dapat dimonitor secara real-time melalui smartphone atau komputer.
Teknologi ini memastikan kualitas beras, tepung, dan bekatul tetap konsisten, sekaligus mencatat data produksi secara otomatis untuk keperluan evaluasi dan manajemen usaha.
”Dengan IoT, operator bisa memantau kinerja mesin kapan saja dan di mana saja. Data suhu, kelembaban, hingga berat hasil giling langsung terekam digital, sehingga proses menjadi lebih presisi dan efisien,” kata Andi.
Selain teknologi pemantauan canggih, katanya, mesin tersebut juga didukung tenaga penggerak ganda yaitu mesin bensin berkapasitas 7 HP dan panel surya yang terhubung ke baterai.
”Sistem hybrid ini memberi fleksibilitas penggunaan, menghemat biaya operasional, dan memungkinkan mesin tetap berfungsi meski pasokan bensin atau listrik terbatas,” ungkapnya.
Ketua Kelompok Pekka Desa Tamangede, Retno Juharni mengaku antusias dengan bantuan teknologi tersebut.
”Dulu kami harus antre di penggilingan luar desa dan biaya operasional tinggi. Sekarang, dengan mesin ini, proses lebih cepat, hemat biaya, dan hasilnya berkualitas. Bahkan kami punya peluang usaha baru dari tepung dan bekatul,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Mudjiastuti Handajani mengatakan, program itu tidak hanya memberikan peralatan, tetapi juga membekali warga dengan keterampilan bisnis, mulai dari pengemasan higienis, pembuatan label, hingga pemasaran online.
Dengan demikian, warga dapat meningkatkan nilai jual produk sekaligus memperluas pasar.
”Kami berharap, teknologi ini menjadi pemicu lahirnya kemandirian ekonomi desa yang berkelanjutan. Ini juga bagian dari komitmen USM untuk menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam pengabdian kepada masyarakat,” kata Prof. Mudjiastuti Handajani.
Dia menambahkan, inovasi rice milling cerdas berbasis IoT ini menjadi contoh nyata bagaimana sinergi perguruan tinggi, teknologi, dan masyarakat dapat menciptakan solusi praktis yang berdampak langsung, sekaligus mempersiapkan desa menuju era pertanian 4.0. St