Menyelamatkan Pendidikan

Oleh : Erya Indy P, S.ST
ASN BPS Kabupaten Kendal
KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) mengungkapkan akan membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas pada bulan Juli 2021. Dipastikan PTM terbatas ini memiliki kurikulum khusus dengan durasi waktu dan kapasitas yang terbatas. Beberapa orang tua bersorak gembira, namun tak sedikit pula yang merasa cemas.
Bagaimana tidak, rencana PTM digulirkan saat kasus COVID-19 mengalami peningkatan. Sangat dipahami, pemerintah sedang berupaya menyelamatkan pendidikan generasi kita. Cepat atau lambat, anak-anak memang akan mengakhiri proses pembelajaran online dan memulai pembelajaran secara tatap muka. Akan tetapi, apakah sekarang waktunya?
Pandemi telah memaksa seluruh anak di dunia untuk belajar dari rumah. Terhitung lebih dari satu tahun sejak kasus pertama COVID-19 terkonformasi, pelajar Indonesia melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai imbas dari adanya pandemi. Meski selama ini PJJ menjadi solusi pendidikan di tengah pandemi, namun di sisi lain pelaksanaanya dinilai tidak efektif dan mencatat berbagai permasalahan. Mulai dari keterjangkauan jaringan internet hingga ketersediaan ponsel pintar maupun kuota internet. Permasalahan ini menyebabkan kualitas pembelajaran menjadi tidak sama antar sekolah maupun wilayah.
Secara psikologi PJJ juga memunculkan masalah kesehatan mental karena minimnya interaksi anak, baik dengan guru maupun teman sekolah. Berbagai konflik dan kekerasan anak di rumah yang diakibatkan beratnya menjalani pembelajaran jarak jauh ini juga sempat mengisi pemberitaan media beberapa waktu lalu. Ditambah lagi, pandemi juga mencatat risiko meningkatnnya jumlah anak putus sekolah.
Selanjutnya, sistem PJJ dirasa sulit memenuhi standar mutu pendidikan dan diprediksi akan menghasilkan lulusan yang kurang dari kompetensi yang diharapkan. Tantangan untuk mengatasi kesenjangan pendidikan pascapandemi akan lebih berat. Disadari ataupun tidak, peningkatan kualitas sumber daya manusia banyak ditentukan melalui pendidikan. Selain meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, bangku sekolah juga mendorong seseorang untuk dapat mengembangkan potensi diri dan membentuk kepribadian.
Angka Melek Huruf
Pendidikan telah menjadi perhatian sejak sebelum terjadinya pandemi. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), menyebutkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) selama tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan pada semua kelompok usia. Bahkan Angka Melek Huruf (AMH) penduduk berumur 15 tahun keatas pada tahun 2020 mencapai 96 persen, yang artinya 96 persen penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Angka melek huruf berkisar antara 0-100. Tingkat melek huruf yang tinggi menunjukkan sistem pendidikan dasar yang efektif yang. AMH merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan, karena membaca merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu pengetahuan.
Kemajuan yang telah diraih ini sangat mungkin terkikis oleh kondisi selama setahun terakhir. Pandemi berpotensi menurunkan capaian pendidikan yang ada. Namun, dibukanya kembali sekolah tatap muka seolah menjadi ketakutan tersendiri bagi sebagian orang tua. Pembukaan sekolah memang tidak akan menyelesaikan masalah jika tanpa persiapan dan perencanaan yang matang. Justru hanya akan menambah panjang perjuangan kita melawan pandemi.
Rencana PTM terbatas ini memiliki tantangan yang tidak mudah. Tak ada yang menyangkal bahwa anak adalah human capital sehingga penting untuk diperjuangkan pendidikannya, namun hak anak untuk hidup dan tetap sehat tidak bisa dikesampingkan. Perlu untuk tetap memfasilitasi dan memberikan pilihan bagi orang tua, apakah akan menyetujui anaknya memulai PTM atau tetap sementara belajar online dari rumah. IDAI sendiri mendukung pembukaan sekolah tatap muka terbatas ini, namun dengan berbagai rekomendasi dan persyaratan.
Persyaratan dibukanya kembali sekolah salah satunya adalah terkendalinya transmisi lokal (positivity rate kurang dari 5 persen) dan menurunnya tingkat kematian. Kondisi saat ini kasus COVID-19 di Indonesia sedang mengalami kenaikan. Pada 17 Juni kemarin dilaporkan COVID-19 menyentuh 12 ribu lebih kasus baru dengan total kasus 1,95 juta dan positivity rate 15,9 persen.
Bahkan data covid19.go.id pada 8 Juni mengungkapkan sudah 229 ribu anak Indonesia yang terinfeksi COVID-19 dan 620 di antaranya meninggal dunia. Yang terbaru, studi FKUI mengenai profil kasus fatal COVID-19 pada anak Indonesia di RSCM Jakarta menyatakan bahwa 40 persen pasien anak terkonfirmasi COVID-19 meninggal dunia. Hal ini semakin mendorong perlunya persiapan matang pada rencana pembukaan sekolah kembali nanti.
Pemerintah telah mengeluarkan panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi COVID-19 karena kesehatan dan keselamatan anak tetap menjadi prioritas utama dalam PTM yang akan diselenggarakan. Dan alangkah lebih baik jika panduan tersebut diiringi dengan orientasi atau simulasi untuk memastikan bahwa semua pelaku pendidikan yang meliputi guru, murid, orang tua, dan seluruh staf sekolah benar-benar memahami agar nantinya semua akan saling mendukung saat pelaksanaan.
Dari sisi guru, demi menjamin hak anak untuk tetap sehat, semua guru wajib dalam kondisi telah divaksin. Sayangnya penolakan vaksin oleh guru masih saja ditemukan. Tercatat cakupan vaksin guru hingga 31 Mei baru sekitar 28 persen. Percepatan vaksinasi kepada pendidik ini harus segera dilakukan agar cakupan lebih optimal untuk memulai PTM. Pengajar juga dituntut untuk selalu jujur dengan kondisinya, terutama tentang kondisi kesehatan pribadinya, keluarga, maupun orang-orang terdekatnya.
Bahkan PCR rutin juga perlu dilakukan pada semua murid, guru, dan perangkat sekolah. Penting kiranya belajar dari pengalaman di Pekalongan dimana seorang guru nekat ke sekolah walaupun dengan kondisi yang anosmia hingga memunculkan cluster baru COVID-19. Rasanya kejujuran menjadi salah satu poin penting untuk memulai PTM di tengah pandemi. Namun tak cukup dari guru saja, murid dan orang tua pun dituntut kejujurannya dalam hal ini.
Edukasi Pandemi
Selain itu, edukasi kepada anak tentang cara melindungi diri dan keluarga dari COVID-19 sangatlah penting untuk dilakukan sebelum memulai sekolah. Dalam hal ini anak-anak adalah tanggung jawab dari orang tua. Dukungan orang tua dalam PTM salah satunya dengan memastikan bahwa anak-anak mereka telah teredukasi dengan baik tentang COVID-19 dan mengerti bagaimana harus bersikap. Semua ini juga berkaitan erat dengan tingkat edukasi dan sudut pandang orang tua terhadap pandemi.
Sayangnya, orang dewasa termasuk guru dan orang tua pun masih ada yang belum sepenuhnya paham. Masih menjadi PR besar untuk terus memberikan edukasi penting terkait pandemi ini kepada seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari bagaimana harus menjaga jarak saat di luar rumah, mengapa harus memakai masker dan pemakaian masker yang benar, hingga penggunaan handsanitizer maupun perilaku mencuci tangan.
Mencuci tangan merupakan salah satu cara sederhana untuk mencegah penyebaran COVID-19. Akan tetapi, ternyata belum semua sekolah memiliki ketersediaan akses untuk mencuci tangan. Kemendikbud mencatat, pada tahun 2019 hanya SMK yang sudah 82,16 persen diantaranya memiliki sarana cuci tangan, sedangkan jenjang pendidikan lain kurang dari 80 persen.
Adapun yang memiliki akses paling rendah terhadap sarana cuci tangan adalah SMP yaitu sebesar 74,18 persen. Situasi ini tentu sangat mengkhawatirkan di tengah digulirkannya rencana PTM. Perlu memastikan sarana dan prasarana sekolah hingga mampu menunjang PTM di tengah pandemi.
Tampak panjang perjalanan yang masih harus dilalui, namun semestinya kita tidak menyerah. Pendidikan memang mutlak diselamatkan sekaligus anak-anak sebagai generasi penerus.
Diperlukan kerja sama dari semua pihak untuk mempersiapkan segalanya sebelum PTM benar-benar dilakukan, baik dari sisi kesehatan maupun pendidikan. Keduanya saling mendukung. Tak perlu tergesa, yang kita butuhkan hanya konsisten menjalani bagian demi bagian. Harapannya, pandemi terkendali dan dunia pendidikan terselamatkan demi kualitas pembangunan di masa depan. Jatengdaily.com-yds