BOYOLALI (Jatengdaily.com) – Tak salah memang jika kawasan Pengging, Kabupaten Boyolali bisa menjadi rujukan wisata sejarah. Sejumlah tapak sejarah zaman kekuasaan Keraton Surakarta terdapat di daerah yang terletak sekitar 13 kilometer arah barat dari Kota Solo ini.
Selain umbul air, pemakaman kerabat keraton Surakarta, di Pengging, Kecamatan Banyudono, Boyolali ini juga terdapat sebuah bukti sejarah syiar Agama Islam zaman dulu, yakni Masjid Cipto Mulyo. Sampai saat ini Masjid tersebut masih digunakan untuk beribadah umat Islam, termasuk di bulan Ramadan ini.
Masjid Cipto Mulyo termasuk bangunan cagar budaya yang didirikan oleh Raja Keraton Solo, Paku Buwono (PB) X. Pada bagian kuncungan terdapat tulisan Jawa yang menyebutkan tahun pendirian 1838 Je (Tahun Jawa) /1905 M.
Pembangunannya diperkirakan hampir bersamaan dengan pendirian Sanggrahan Ngeksipurna, salah satu tempat peristirahatan para kaum bangsawan Keraton Surakarta.
Baca Juga: FOTO: Deretan Masjid Kuno di Solo Raya
Umumnya bangunan masjid pintu masuknya menghadap ke timur, namun Masjid Cipto Mulyo ini menghadap ke tenggara. Masjid ini berdiri di atas batu setinggi 75 cm dengan lantai yang ditutup ubin berwarna. Keunikan lain di masjid ini, yakni arah kiblatnya. Masjid itu sekilas sudah mengarah ke arah barat. Biasanya arah kiblat serong ke kanan, namun di masjid Cipto Mulyo ini serong ke kiri.
Desain masjid dibuat khas Jawa yaitu berbentuk limasan seperti pendapa. Jika masuk ke dalam masjid maka akan terlihat pilar masjid yang terbuat dari kayu jati. Masjid Cipto Mulyo menampilkan desain Jawa kuno dilengkapi ornamen-ornamen ukiran terpasang di ventilasi pintu. Nama masjid juga menggunakan bahasa Jawa, yakni Cipto Mulyo. Ini berbeda dengan mayoritas masjid di Indonesia yang menggunakan bahasa Arab, dan juga menjadi keunikan masjid ini.
Bangunan berbentuk persegi panjang memiliki 4 soko guru serta serambi, penampil / kuncungan. Masjid ini berdinding tembok dengan atap sirap yang sekarang terbuat dari seng, mustoko berupa tiang petunjuk arah yang terbuat dari besi. Pada bagian serambi berpagar kayu semi terbuka.
Selain masjid di dalam kompleks ini terdapat kompleks makam yang berada di sebelah barat. Di antara tokoh-tokoh yang dimakamkan antara lain R. Ng. Yasadipura, yang merupakan pujangga Keraton Surakarta.
Menilik sejarahnya, seperti dilansir laman resmi Pemprov Jateng, pendirian Masjid Cipto Mulyo Pengging tidak lepas dari hubungannya dengan keberadaan makam R.Ng. Yasadipura di dekatnya. Menurut sejarah, masjid tersebut didirikan oleh ayah R.Ng. Yasadipura yaitu Tumenggung Padmonegoro di mana saat itu Tumenggung Padmonegoro menjabat sebagai Bupati Pekalongan yang diangkat oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Awal pendirian masjid, Tumenggung Padmonegoro menamakan masjid tersebut dengan nama Masjid Karangduwet. Kemudian masjid tersebut direnovasi oleh Pakubuwono X dan mengganti namanya menjadi Masjid Cipto Mulyo.
Pada liburan Lebaran tahun ini masyarakat bisa menjadikan Masjid Cipto Mulyo salah satu destinasi wisata religi yang dikunjungi. Sekaligus bisa menikmati pemandian kuno Umbul Pengging yang juga merupakan peninggalan Raja Keraton Surakarta, yang lokasinya berdekatan karena masih satu kompleks. yds