Isra Mikraj Simbol Kegiatan Horisontal dan Vertikal

Foto Masono

Ketua Takmir Masjid Baitussalam Ustaz Masono ketika menyampaikan khotbah tentang Isra Mikraj di depan para jemaah Salat Jumat. Foto:dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Isra Mikraj yang dilakukan Nabi Muhammad merupakan simbol kegiatan horisontal dan vertikal. Isra adalah lambang aktivitas horisontal. Sedangkan mikraj merupakan simbol atau lambang kegiatan vertikal. Keduanya berjalan seimbang.

Hal itu dikemukakan oleh Ketua Takmir Masjid Baitussalam Ustaz Masono dalam khotbahnya di depan para jemaah Salat Jumat di Masjid Baitussalam, Jalan Taman Karonsih Raya, Ngaliyan, Semarang, Jumat, 10 Februari 2023.

Menurut Masono, Isra Mikraj mengandung hikmah Nabi Muhammad dan umatnya harus membina hubungan horisontal, mendatar ke sesama makhluk, sesama manusia, atau hablun minannas. Namun, hubungan ini harus seimbang dengan kegiatan vertikal, hubungan dengan Allah atau hablun minallah, yang merupakan ibadah naik kepada Allah.

“Kita wajib berakhlak mulia kepada Allah, namun harus sekaligus berakhlak baik kepada manusia. Sebab, siapa pun manusia yang tidak menjaga hablun minallah dan hablun minannas, hidupnya akan pincang, di mana akhirnya terjerumus ke dalam kehinaan,” katanya.

Masono sekali lagi mengingatkan, dalam kehidupan sehari-hari manusia harus menjaga pergaulan vertikal dan horisontal. Contohnya, pedagang yang ingin sukses, selain rajin berdoa, harus berikhtiar, misalnya dengan melayani pelanggan secara nyaman. Namun, ia juga tidak boleh hanya ikhtiar hingga lupa berdoa dan bersyukur serta melakukan ibadah.

Dalam Isra, demikian Masono, Allah memperjalankan Nabi Muhammad dari Makkah ke Palestina. Mengapa tidak ke Eropa, Amerika, India, Romawi, atau belahan bumi lainnya?

“Makkah dan Palestina adalah negeri tua yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangan agama samawi. Palestina adalah negeri para rasul dan nabi. Di Palestina sejak dulu ada banyak rasul dan nabi yang mengembangkan agama tauhid. Di antaranya Nabi Musa, Dawud, Sulaiman, Yakub, Isa, dan nabi-nabi yang jumlahnya tak terhitung lagi,” tambahnya.

Hikmah yang dapat kita petik, lanjut Masono, adalah manusia harus menghargai sejarah. Belajar dari generasi tua dan menghormati orang tua. Mengambil pelajaran atau i’tibar dari orang-orang terdahulu untuk diterapkan di masa mendatang.

Masono menuturkan, Isra dari kota suci Makkah ke kota suci Palestina merupakan simbol napak tilas sejarah para pendahulu. Nabi Muhammad saja mau menghargai sejarah, meskipun beliau adalah pemimpin para nabi dan rasul. Kta menghormati generasi terdahulu bukan untuk mendewakan mereeka, namun untuk pelajaran hidup.

“Menghargai sejarah adalah hal penting. Kita sebagai generasi belakangan bisa kenal agama melalui perantaraan generasi tua. Meskipun, jika Allah menghendaki, kita bisa kenal agama secara langsung tanpa perantaraan siapa pun. Namun nyatanya, Allah menurunkan agama melalui perantaraan rasul, nabi, tabiin, ulama, dari generasi tua,” ucapnya.St