DEMAK (Jatengdaily.com)- Mengantisipasi semakin meluasnya bencana banjir, Pemkab Demak intensif melakukan penanganan. Di antaranya menyelenggarakan Sosialisasi dan Konsolidasi Flood Management in North Java Project (FMNJP).
Acara yang dipimpin Bupati dr Hj Eisti’anah SE itu mengundang para pemangku kepentingan. Termasuk di antaranya Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Bapak Fikri Abdurrachman.
Bupati Eisti’anah menyampaikan, pentingnya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan efektif. “Berdasarkan inventarisasi, Kabupaten Demak memiliki 42 sungai, 65 afvour, 31 embung, 17 checkdam, 6 bendung gerak, dan 4 bendung karet,” tuturnya.
Semua itu disebutkan merupakan aset strategis yang mendukung ketahanan pangan Kabupaten Demak. Maka itu perlu ada pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur pengairan.
Namun yang perlu digarisbawahi, kata bupati, penanganan banjir harus menjadi prioritas utama. Sehingga diharapkan, adanya penanganan permanen terhadap tanggul yang jebol dan rehabilitasi sungai-sungai besar.
“Kami mencatat beberapa lokasi yang membutuhkan perhatian, seperti Saluran Induk Klambu Kiri dengan 25 titik, Daerah Irigasi Sedadi, dan beberapa sungai lainnya. Kami juga sangat berharap adanya pengerukan sedimen untuk mencegah banjir di masa mendatang,” imbuhnya.
Dalam konteks keterbatasan anggaran, Bupati Eisti’anah menunjukkan komitmennya untuk terus berupaya melakukan normalisasi dan pemeliharaan infrastruktur. “Pasca banjir tahun lalu, kami telah menormalisasi afvour dan saluran pada 43 titik lokasi dengan total panjang sekitar 61 km. Ini adalah langkah nyata kami untuk melindungi masyarakat dari dampak banjir,” jelasnya.
Di sisi lain, Sekda H Akhmad Sugiharto menekankan, pentingnya transparansi dalam progres pekerjaan normalisasi sungai. Karenanya dia meminta data yang jelas agar masyarakat dapat mendapatkan informasi yang akurat.
Selain itu sekda juga berharap ada normalisasi pada sungai yang membentang dari Sayung hingga Karangtengah. Yang sejauh ini dikenal rawan banjir, terutama di daerah Sayung.
Kepala BBWS Pemali Juana, Fikri Abdurrachman, menjelaskan, wilayah kerja BBWS mencakup 5 kabupaten dan 2 kota, dengan fokus pada penanganan banjir di Sungai Wulan dan Sungai Satreyan. Ia mengungkapkan bahwa pada 2024-2026, akan dilakukan penanganan berupa tiga paket pekerjaan pengendalian banjir.
“Kami sedang mengerjakan proyek ini mulai dari jembatan Tanggulangin hingga hilir sepanjang 30 km, dan diharapkan dapat rampung pada tahun 2026,” ungkapnya. rie-she