Oleh: Dr. Multazam Ahmad, MA
Sekretaris MUI Jateng | Wasekjen Dewan Masjid Indonesia Pusat | Takmir Masjid Raya Baiturrahman
KITA tengah hidup di era digital, di mana informasi mengalir begitu deras dari berbagai penjuru. Media sosial, portal berita, hingga grup pesan instan terus-menerus menyajikan berita, opini, dan berbagai jenis konten. Namun, di tengah banjir informasi ini, kita juga dihadapkan pada gelombang informasi negatif yang dapat memengaruhi kesehatan mental serta cara pandang kita. Mulai dari hoaks, ujaran kebencian, hingga berita provokatif—semuanya berpotensi menimbulkan kecemasan, ketakutan, bahkan perpecahan.

Lantas, bagaimana kita dapat melindungi diri dan pikiran dari informasi negatif ini?
Islam telah memberikan landasan yang kokoh untuk membentengi diri dalam kehidupan sehari-hari. Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal.”(QS. Al-Hujurat: 6)
Dalam ayat tersebut terdapat dua hal penting yang perlu digarisbawahi.
Pertama, sebagai orang beriman, kita harus mampu menyeleksi dan memfilter setiap informasi yang datang, terutama jika berasal dari orang-orang fasik.
Orang fasik adalah mereka yang menyimpang dari jalan yang benar—seringkali secara sadar menyebarkan fitnah dan perpecahan. Mereka bisa saja berasal dari lingkungan terdekat kita, seperti anak, istri, saudara, tetangga, bahkan atasan di lembaga atau organisasi manapun.
Di era digital saat ini, ‘orang fasik’ dapat menjelma dalam bentuk gadget yang setiap hari kita gunakan. Berbagai informasi datang tanpa henti, dan sering kali kita menerima begitu saja tanpa proses verifikasi. Ini tentu berbahaya, apalagi jika informasi tersebut dijadikan dasar dalam mengambil keputusan penting.
Sebuah kisah menarik dari masa Rasulullah SAW patut menjadi pelajaran bagi kita semua.
Ketika Rasulullah mengutus Walid bin Uqbah untuk meninjau kaum Bani Musthaliq—untuk melihat apakah mereka telah menjalankan ajaran Islam dan menunaikan zakat—Walid tidak melaksanakan tugas dengan sepenuh hati. Ia hanya mengamati dari kejauhan, lalu menyimpulkan bahwa mereka telah murtad dan menolak membayar zakat serta bersiap menyerang Rasulullah SAW.
Informasi ini disampaikan kepada Rasulullah. Namun, beliau tidak serta merta mempercayainya. Rasulullah kemudian mengutus Khalid bin Walid bersama pasukan intelijennya untuk memastikan kebenaran laporan tersebut.
Sesampainya di sana, Khalid bin Walid mendengar azan dikumandangkan, salat ditegakkan, dan zakat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Laporan inilah yang kemudian disampaikan kepada Rasulullah SAW, dan menjadi bukti nyata pentingnya sikap tabayyun (klarifikasi).
Pelajaran pentingnya: setiap informasi harus dikonfirmasi dan ditelusuri kebenarannya.
Di era modern ini, orang-orang fasik telah menguasai berbagai kanal informasi. Internet, media sosial, dan gawai (gadget) menjadi alat penyebaran opini yang belum tentu benar. Oleh karena itu, kita perlu waspada terhadap setiap informasi yang hadir di hadapan kita.
Ada dua langkah utama yang perlu dilakukan:
- Tabayyun atau klarifikasi.
Sebagai muslim, kita wajib menyeleksi dan memastikan kebenaran informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya. Ini penting agar kita terhindar dari fitnah, kesesatan, dan kesalahan fatal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. - Kenali sumber informasi.
Luangkan waktu untuk menelusuri asal-usul suatu konten. Jangan mudah percaya hanya karena suatu informasi viral. Seringkali, konten viral dirancang untuk menyebar cepat dengan cara memicu emosi.
Hoaks dan ujaran kebencian kerap dibuat dengan tujuan memecah-belah umat dan bangsa.
Menyeleksi informasi negatif di era digital memang tidak mudah, namun ini adalah keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Dengan menjadi pengguna internet yang cerdas dan kritis, kita tidak hanya melindungi diri sendiri, tapi juga ikut menciptakan ekosistem digital yang sehat, damai, dan mencerahkan.
Khotbah disampaikan pada shalat Jumat di MAJT, Jumat 1 Agustus 2025.
Dr. Multazam Ahmad,MA
Sekretaris MUI Jateng
Wasekjen Dewan Masjid Indonesia Pusat
Dan Takmir Masjid Raya Baiturrahman. Jatengdaily.com-st