SEMARANG (Jatengdaily.com) – Inovasi sederhana namun berdampak besar kini hadir dari RT 01 RW 08 Kelurahan Tembalang, Kota Semarang. Kelompok ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di wilayah tersebut berhasil mengolah minyak goreng bekas menjadi pembersih lantai yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bernilai ekonomis.
Kegiatan edukatif ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat bertajuk “Menuju PKK Mandiri dan Peduli Lingkungan: Edukasi dan Inovasi Pembuatan Pembersih Lantai Berbasis Minyak Goreng Bekas.” Program berlangsung selama tiga bulan, sejak Juni hingga Agustus 2025, atas kolaborasi antara Tim Pengabdian Masyarakat Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, kelompok PKK setempat, dan didukung penuh pendanaannya oleh Kemendikti Saintek.
Tujuan utama program ini adalah membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah rumah tangga, khususnya minyak jelantah yang selama ini kerap dibuang sembarangan. Padahal, jika tidak dikelola dengan benar, minyak bekas tersebut dapat mencemari saluran air, menyumbat pipa, dan mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.


Melalui pelatihan intensif dan praktik langsung, para ibu PKK dibekali keterampilan mulai dari tahap pemilahan minyak bekas, proses saponifikasi (proses kimia untuk mengubah minyak menjadi sabun), penambahan pewangi dan pewarna alami, hingga teknik pengemasan dan pemasaran produk melalui media sosial.
“Saya sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Ternyata minyak jelantah bisa dimanfaatkan jadi pembersih lantai yang wangi dan efektif. Sekarang kami tidak perlu lagi membuangnya atau membeli produk pembersih yang mahal,” ujar Ade Tyas, peserta pelatihan yang kemudian dipercaya sebagai Ketua Penggerak Lingkungan “LELY BERSIH LESTARI”.
Ketua PKK RT 01 RW 08, Ibu Suratmi, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, program ini sejalan dengan visi PKK untuk membentuk keluarga yang mandiri sekaligus peduli terhadap lingkungan.

“Pelatihan ini sangat bermanfaat, karena tidak hanya untuk keperluan rumah tangga, tapi juga bisa menjadi peluang usaha baru bagi ibu-ibu di sini. Kami sangat berterima kasih kepada Untag dan Kemendikti atas dukungan dan ilmu yang diberikan,” katanya.
Ketua tim pengabdian Untag Semarang, Ery Fatarina, menyampaikan bahwa program ini merupakan bentuk transfer pengetahuan dari kampus ke masyarakat dengan harapan mendorong terbentuknya gerakan ramah lingkungan di tingkat akar rumput.
“Ini bukan sekadar pelatihan, tetapi sebuah gerakan kecil yang kami harap bisa berkembang. Dengan mengolah limbah menjadi sesuatu yang berguna, masyarakat tidak hanya berkontribusi dalam pelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan kemandirian ekonomi keluarga,” jelasnya.
Kegiatan ini menjadi contoh nyata bahwa solusi atas permasalahan lingkungan bisa lahir dari dapur rumah tangga. Didorong oleh semangat gotong royong dan kepedulian sosial, para ibu PKK Tembalang telah membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari rumah — dan dari hal-hal kecil seperti setetes minyak jelantah. St