Nada Hadrah Mengguncang Malam, Baitussalam Berselimut Kasih Rasulullah

baitus

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Abdul Muhayya menyampaikan tentang keutamaan peringatan Maulud Nabi Muhammad dan manfaat membaca salawat Rasulullah di Masjid Baitussalam, Ngaliyan, Kamis, 4 September 2025. Foto:dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Kamis malam, langit Ngaliyan temaram. Lampu-lampu jalan menyala redup ketika ratusan warga RW IV dan RW XII Kelurahan Ngaliyan berduyun-duyun menapaki Jalan Taman Karonsih menuju Masjid Baitussalam. Sejak menjelang magrib, lorong-lorong kampung riuh oleh langkah kaki, menyatu dalam satu tujuan: memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Begitu adzan usai, suasana masjid berubah menjadi samudra kehangatan. Lampu gantung di depan mihrab memancarkan cahaya kekuningan yang lembut, berkelindan dengan gemerlap lampu hias di tiang-tiang kayu. Serambi dan ruang utama penuh sesak, namun tidak ada yang tergesa. Wajah-wajah jamaah merekah dalam keteduhan, menyambut malam penuh berkah itu.

Lantunan ayat suci Al-Qur’an membuka rangkaian acara. Suara merdu Luthfi Fahmi Mahbubi menggema, menembus keheningan malam dan menggetarkan hati yang mendengar. Getar rebana kemudian menyusul, menghentak lembut mengiringi shalawat dan nadhom yang dibawakan remaja masjid. Nada hadrah berpadu vokal pemuda, menebar semarak religius yang menghidupkan setiap sudut ruangan.

Puncak malam tiba ketika Dr. H. Abdul Muhayya, M.A., dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo, menapaki mimbar. Dengan nada teduh, ia mengingatkan makna hakiki peringatan Maulid.

“Kitab Al-Barzanji dengan syair-syairnya yang indah memperdalam kecintaan kita kepada Rasulullah sekaligus memperkaya penghayatan terhadap Islam. Di dalamnya ada estetika, logika, dan etika. Membaca serta menghayatinya adalah bagian dari memperkokoh iman,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya memperbanyak shalawat, bukan sekadar lisan tetapi menghadirkan keberkahan yang mengalir di setiap lini kehidupan. Pesannya menggema, menancap di hati jamaah yang menyimak dengan khusyuk.

Ketua Takmir Masjid Baitussalam, Gendro Susilo, tidak menyembunyikan kebahagiaannya. “Melihat semangat remaja yang begitu besar, hati ini tenteram. Ini pertanda baik, semoga kecintaan kepada Rasulullah terus terjaga,” ucapnya.

Di sela ramah tamah, kesan jamaah mengalir. Seorang ibu RT 06 RW IV yang enggan disebut namanya menuturkan, “Tiap tahun saya hadir, tapi kali ini terasa lebih hidup. Shalawatnya bikin hati adem, damai sekali.”

Adnan Ghiffari, pemuda RT 04 RW IV yang ikut tim hadrah, tersenyum bangga. “Kami latihan sepekan penuh. Senang rasanya bisa tampil di depan jamaah. Semoga makin banyak teman muda yang ikut meramaikan masjid,” ujarnya.

Acara turut dihadiri tokoh masyarakat seperti Ketua RW IV Gunoto Saparie, mantan Ketua RW IV Dr. M. Saefullah, Ketua Badan Wakaf, Zakat, dan Sedekah Masjid Baitussalam Dr. Tolkah Mahsun, serta mantan Ketua Takmir Masono. Setelah tausiyah, jamaah bertegur sapa, bersalaman, dan menikmati hidangan sederhana khas Ngaliyan yang tersaji di serambi.

Malam pun menutup kisah dengan kehangatan. Cahaya lampu masjid perlahan meredup, meninggalkan gema shalawat yang masih bergetar di telinga. “Peringatan Maulid Nabi di Masjid Baitussalam bukan sekadar rutinitas,” tutur Gendro, “melainkan pengingat untuk meneladani akhlak Nabi dan merawat kebersamaan dalam cinta kepada Rasulullah. St