SEMARANG (Jatengdaily.com) – Sebanyak 91 PGOT (Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar) terjaring selama Patroli Ramadan. Dari jumlah 91 orang tersebut mayoritas pengemis yang terjaring. Jumlah ini turun dibanding operasi serupa tahun lalu yang mencapai 96 orang.
Kepala Dinas (Dinsos) Kota Semarang Sosial Muthohar menyebut penurunan jumlah PGOT yang tertangkap merupakan bukti sudah adanya peningkatan taraf perekonomian warga. Selain itu, mereka yang sudah tertangkap tahun lalu juga tidak mengulang lagi mengemis di Kota Semarang.
“Memang ada sekitar lima orang yang tertangkap lagi, mengulang serupa dengan tahun lalu. Sisanya adalah wajah baru,” terangnya.
Dijelaskan, Patroli Ramadan digelar mulai 7 Mei hingga 9 Juni lalu. Tujuannya adalah meminimalisasi keberadaan PGOT di Kota Semarang ini. Tak dapat dipungkiri, sebagai kota metropolitan, Semarang memang selalu menjadi tujuan orang untuk mencari nafkah, begitu pula dengan warga yang mengemis. Dan terbukti, dari semua PGOT yang tertangkap, 90% berasal dari daerah lain yakni Purwodadi, Grobogan,Demak dan Wonosobo.
“Ada beberapa yang dari Semarang, tapi sedikit. Dari puluhan yang terjaring, sebagian besar berusia 40 tahun ke atas. Ada sekitar lima anak usia sekolah juga yang sebagian ikut beserta orang tuanya diajak mengemis,” tukasnya.
Ditambahkan, bagi PGOT yang terjaring, dibawa ke Rumah Singgah Among Jiwo. Di sana mereka dibina selama 15 hari lalu dikembalikan ke keluarga masing-masing di daerah.
Meski demikian, bagi yang mengajukan keberatan dengan bukti kuat, akan dikembalikan sebelum masa karantina 15 hari. Salah satunya adalah PGOT yang membawa bukti surat kesehatan karena ada kobocoran jantung ataupun siswa SD yang sudah masuk kembali ke sekolah.
“Ada yang membawa surat kesehatan dari dokter ya kami kembalikan ke keluargnya. Kalau untuk anak sekolah, kami minta surat keterangan dari sekolahnya bahwa ia memang kembali ke bangku sekolah,” tandas Muthohar.
Di luar Patroli Ramadhan, Muthohar menegaskan akan tetap melakukan operasi rutin menekan keberadaan PGOT di Kota Semarang. Dengan demikian, kota ini benar-benar bersih dari pengemis, gelandangan dan juga orang-orang terlantar yang mengganggu estetika kota. Ugl–st
GIPHY App Key not set. Please check settings