in

Gagal Panen Akibat Kekeringan, Petani Gendurit Rugi Besar

UNGARAN (Jatengdaily.com) – Dampak kekeringan semakin meluas ke wilayah Jawa Tengah. Salah satu daerah yang kini terdampak yakni di Ungaran, Kabupaten Semarang.

Kekeringan mengakibatkan petani padi di Dusun Gendurit, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang mengalami gagal panen. Akibatnya, petani mengalami kerugian cukup besar lantaran hasil tanaman padi di sawah tadah hujan tersebut tidak bagus.

‘’Sawah di sini merupakan sawah tadah hujan, sehingga kebutuhan air pertanian selama ini hanya mengandalkan air hujan saat musim penghujan. Terakhir kali turun hujan di tempat kami bulan Mei kemarin. Saat ini tanaman padi kekurangan pasokan air akibat musim kemarau,’’ ungkap Asroni (56), petni padi Dusun Gendurit, Senin (17/6/2019).

Asroni mengungkapkan, saat ini tanaman padi yang seharusnya belum kering atau menguning alami sudah kering lebih awal akibat terkena panas sinar matahari. Kondisi itu berdampak tanaman padi tidak bisa berbuah maksimal.

‘’Tanaman padi yang seharusnya belum layak dipanen terpaksa harus dipanen lebih awal. Seharusnya umur tanaman padi 100 hari atau 3 bulan 10 hari baru dipanen,’’ ujarnya sembari menyampaikan dampak panen awal ini mutu beras hasil panen kurang bagus ketika nanti diselep di tempat penggilangan padi.

Tanah di lahan pertanian milik petani Gendurit, Kawengen, Ungaran Timur, mulai merekah akibat kekeringan. Foto : Budhi.

Menurut Asroni, petani padi mengalami kerugian akibat musim kemarau yang berdampak kekeringan tersebut. Karena satu petak tanaman padi yang biasanya bisa menghasilkan 16 bagor (karung plastik) turun menjadi 5 karung plastik akibat kekeringan.

‘’Padi 16 bagor itu kalau diselep menghasilkan beras antara 20-22 kilogram per bagor. Karena saat ini mengalami gagal panen, satu bagos kalau diselep paling-paling hanya menghasilkan beras 10 kilogram,’’ bebernya.

Petani Gendurit lainnya, Sundarti (50) menuturkan sudah dua tahun ini setiap musim kemarau petani mengalami gagal panen. Karena tanaman padi yang selama ini hanya mengandalkan air hujan kekurangan pasokan air. ‘’Dua tahun ini gagal panen akibat musim kemarau, karena tanaman padi kurang air. Sawah di sini tadah hujan, sehingga petani hanya mengandalkan air hujan,’’ ungkapnya.

Sundarti mengungkapkan, jika kondisi normal air pertanian tercukupi satu petak tanaman padi dapat menghasilkan gabah 3 kuintal. ‘’Musim kemarau ini hasilnya kurang dari satu kuintal. Bulir padi banyak yang gabuk, hasilnya tidak sempurna,’’ jelasnya.

Dihubungi terpisah, Kades Kawengen, Marjani menjelaskan total luas lahan pertanian di Desa Kawengen berkisar 113,6 hektar. Hampir mayoritas lahan pertanian tersebut merupakan sawah tadah hujan yang mengandalkan pasokan air saat musim hujan. ‘’Petani di sini hanya mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air pertanian. Karena hampir 90 persen sawah di sini adalah sawah tadah hujan,’’ jelasnya. rus-yds

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Launching Persis Solo di Madiun Tanpa Pasoepati

Buntut Kena Sanksi Komdis, Panpel PSIS akan Pasang Kamera di Stadion