Loading ...

Kedungombo Surut, Jembatan Puluhan Tahun Tenggelam Muncul Lagi

0
kedungombo1

Jembatan penghubung antardesa di Klewor, Kecamatan Kemusu, Boyolali yang biasanya ditenggelamkan air Waduk Kedungombo, terlihat lagi karena volume air waduk susut. Foto: yds

BOYOLALI (Jatengdaily.com) – Musim kemarau sudah menunjukkan dampaknya di berbagai daerah di Jawa Tengah. Tak terkecuali di daerah Klewor, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali.

Air Waduk Kedungombo di daerah Klewor menyusut drastis dibandingkan sebelumnya. Namun ada hikmah tersendiri bagi warga Klewor dengan musim kemarau ini. Warga yang khususnya tinggal dekat perairan Waduk Kedungombo, bisa memanfaatkan lahan pasang surut untuk bercocok tanam setelah volume air waduk menyusut.

Areal bercocok tanam yang mereka gunakan adalah lokasi yang biasanya tergenang air waduk. Ada yang menanam padi, jagung, dan tanaman pertaniannya lainnya. Dari tahun ke tahun, petani setempat memang selalu memanfaatkan lahan pasang surut ini untuk menambah penghasilannya.

Nelayan menangkap ikan di perairan Kedungombo yang mulai surut di desa Klewor, Kemusu, Boyolali. Foto: yds

Menurut sejumlah warga, air Waduk Kedungombo di daerahnya sudah menyusut sejak dua bulan terakhir. Meskipun terkadang turun hujan, namun musim kemarau yang lebih panjang membuat volume air waduk lebih cepat surut. “Sudah sejak sebelum puasa air waduk ini surut,” kata seorang warga.

Yang menarik, dengan surutnya air Waduk Kedungombo di Klewor ini, selain areal pertanian juga kembali tampaknya jembatan dan makam warga. Bahkan makam warga yang biasanya tenggelam air, kini tampak lagi, dan saking lamanya musim kemarau, makam juga sudah tertutup alang-alang.

Sedangkan jembatan Sarean, begitu warga setempat menyebutnya, kini juga bisa dimanfaatkan warga untuk melintas menuju ladang pertanian pasang surutnya. Jembatan yang semula jadi penghubung antardesa ini sudah ditenggelamkan air waduk sejak beroperasinya waduk sekitar tahun 1991.

“Biasanya jembatan itu tenggelam dan tak terlihat, kalau kemarau air susut pasti kelihatan lagi, dan tak ada yang rusak,” kata warga setempat.

Surutnya volume air Waduk Kedungombo, ternyata juga menjadi rezeki tersendiri bagi para nelayan setempat. Mereka yang biasa menangkap ikan di waduk mengaku saat kemarau ini justru tangkapan ikannya lebih banyak, dan lebih mudah menangkap dengan perangkap jalanya.

Volume air Waduk Kedungombo menurut data Pusdataru Jateng, per akhir April adalah 485,292 juta m3. Padahal rencana atau normalnya adalah 613.992 juta m3. Jadi sejak akhir April volume waduk Kedungombo di bawah normal namun belum kering.

Sedangkan data dari BPSDA Seluna termonitor hingga 13 Juni 2019 volume air Waduk Kedungombo 361 juta m3, dengan elevasi 82,30 meter. Atau separuh dari normal 613.992 juta m3 volumenya. yds

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *