SEMARANG (Jatengdaily.com)– Kota Semarang, merupakan bagian dari pusat penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Wujud dari penyebaran agama Islam di Kota Semarang ditandai banyaknya peninggalan masjid-masjid kuno di ibukota Jawa Tengah ini yang tercecer di berbagai tempat di kota yang kondusif ini.
Ada Masjid Agung Semarang, ada Masjid Pekojan, ada pula Masjid mbah Sholeh Darat dan ada pula Masjid Taqwa Sekayu di Kelurahan Sekayu yang memiliki sejarah panjang serta masih ada kaitan dan hubungannya dengan Masjid Agung Demak.
Masjid Taqwa Sekayu terletak di Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Konon masjid yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan Mal Paragon disebut-sebut sebagai masjid tertua di Kota Semarang, bahkan di Jawa Tengah.
Ketua Takmir Masjid Taqwa Sekayu, Ahmad Arief, menerangkan, berdasarkan catatan sejarah yang ia peroleh, masjid itu dibangun pada tahun 1413. Masjid, dibangun oleh Kiai Kamal yang merupakan murid Sunan Gunung Jati.
Saat itu, Kiai Kamal diperintahkan Walisanga mencari kayu jati yang akan digunakan untuk pembangunan Masjid Agung Demak. Kayu-kayu jati itu pun dikumpulkan di wilayah yang saat ini dikenal sebagai Sekayu. Kayu-kayu itu lantas dikirim melalui kapal-kapal dari Sungai Semarang yang terletak di pinggir Kampung Sekayu.
“Dahulu, guna mempercepat pembangunan Masjid Demak, Kota Semarang lah yang paling strategis karena kota berada di tengah dua bandar pelabuhan, Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Lha Kampung Sekayu di sini sebagai pusat penampungan kayu jati dari beberapa daerah seperti Ambarawa, Ungaran, Purwodadi,” ujarnya, Rabu (22/5/2019).
Arief menambahkan, sebelum bernama Masjdi Taqwa Sekayu, nama masjid tersebut adalah ‘Masjid Pekayuan’. Di mana dalam pembuatannya, menggunakan bahan-bahan yang masih sederhana. Yakni tiang dari bambu, atap dari rumput yan dikeringkan dan dianyam atau disebut rumbia, beralas tanah yang digelar tikar dari daun pandan yang dikeringkan (kloso mendong).
“Dulu Kali Semarang itu besar dan bisa digunakan untuk lalu lintas perkapalan. Sambil mengumpulkan kayu, Kiai Kamal juga mendirikan masjid. Nah, masjid inilah yang didirikan. Dulu namanya Masjid Pekayuan,” imbuhnya.
Di dalam masjid sendiri, terdapat empat kayu penyangga yang hingga saat ini tidak berubah letaknya. Kayu setinggi hampir delapan meter dan berbentuk bujursangkar tersebut masih utuh terbungkus papan kayu jati berdiameter kurang lebih 60 cm masih berdiri kokoh.
“Empat kayu saka itu terdapat di dalam masjid dan berada di ruang salat kaum lelaki. Dari dulu hingga sekarang bentuk dan letaknya dipertahankan. Sementara mustaka yang konon juga peninggalan para wali juga masih ada di puncak masjid,” tukasnya. Ugl–st
in Jeda, Seni Budaya
Masjid Taqwa Sekayu Tertua di Semarang Awalnya Bernama Pekayuan

GIPHY App Key not set. Please check settings