in

OMK Sentuh Hati Jemaat dengan Kata-kata

JALAN SALIB : Ketika visualisasi jalan salib Paroki St Athanasius Agung Karangpanas Semarang, Jumat (19/4/2019). Foto: bgy



SEMARANG – Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St Athanasius Agung Karangpanas Semarang menampilkan visualisasi jalan salib di dalam gereja, Jumat (19/4/2019).

Tidak seperti biasanya, yang menampilkan adegan penderitaan, OMK Karangpanas lebih memilih menggunakan kata-kata untuk menyentuh hati para jemaat yang hadir dalam rangkaian perayaan pekan suci, Jumat Agung 2019.

Dari awal kata-kata yang merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari langsung menghujam dari sesosok iblis yang divisualisasikan. Iblis tersebut mengeluarkan kalimat-kalimat yang menyindir orang-orang yang rajin beribadah, namun tetap memiliki hati yang buruk, seperti rasa iri, sombong, ingin menang sendiri dan lainnya.

Sutradara Visualisasi Jalan Salib, Stanislaus Kostka mengatakan, tahun ini pihaknya memang sengaja memilih mengurangi adegan di mana pemeran Yesus disiksa dan dicambuk. 

Kemudian digantikan dengan hadirnya empat sosok malaikat yang memberikan kekuatan kepada pemeran Yesus, dan pemeran lainnya untuk kuat menghadapi cobaan.

“Tahun ini, kami memang sengaja mengganti visualisasi penderitaan dengan kata-kata. Kami harap pesan yang kami sisipkan bisa diterima,” ungkapnya.

Karena lebih banyak menggunakan kata-kata, dia memilih area indoor dalam gereja untuk adegan-adegannya. Tidak seperti tahun lalu yang menggunakan area luar gereja, di mana jemaat harus mengikuti perjalanan para aktor di tiap adegannya. 

Hal ini dimaksudkan agar jemaat bisa lebih fokus memperhatikan setiap kalimat yang ada dalam adegan tersebut. Selain itu, di dalam gereja juga dimainkan efek audio agar lebih mengena dan menambah suasana haru. 

Alhasil, beberapa jemaat yang hadir tidak mampu membendung air mata melihat dan mendengarkan visuaslisasi yang ditampilkan.

Cossy, sapaan akrab sang sutradara mengatakan, dibutuhkan setidaknya 50 aktor dan kru untuk membuat serangkaian visualisasi jalan salib tahun ini. Personel yang bermain dalam konsep drama Romawi ini pun terbilang masih muda, yakni mulai umur 15 hingga 35 tahun.

Dia menambahkan, dibutuhkan setidaknya hampir tiga bulan sebelum drama ini ditampilkan. “Sekitar 80 persen orang baru. Kami berlatih mulai akhir Januari 2019 lalu dan  dibantu para mentor,” pungkasnya. Ugl

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

10 Kabupaten/Kota Berpotensi Pemungutan Suara Ulang – Bawaslu Tangani 27 Kasus Dugaan Politik Uang

Indriyasari Merasa Tertantang