in

PPDB Zonasi Kacaukan Logika Pendidikan

Prof DR Noor Achmad

SEMARANG (Jatengdaily.com)  Karut marut penerapan sistem Peneriaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi yang diterapkan pemerintah menyisakan sederet persoalan. Jika hal ini tidak diperbaiki, maka anak tidak perlu lagi mengejar prestasi kalau tahu dia dekat sekolah. Bahkan anak nakal pun sama santainya kalau dia tahu dekat sekolah.

Anggota Komisi Pendidikan DPR RI, Prof Dr KH Noor Achmad menilai sistem zonasi sekolah memiliki tujuan baik, namun dia menilai sesuatu yang baik hasilnya belum tentu juga baik..

“Yang terjadi justru mengacaukan logika pendidikan yang ingin menjadikan peserta didik menjadi orang terdidik nalar, kreativitas, dan moralitasnya,” kata Prof Noor, Minggu (7/7).

Prof Noor pun memberikan sejumlah alasan. Pertama, anak tidak perlu lagi mengejar prestasi karena dia tahu bahwa sekolahnya dekat dengan tempat tinggalnya. Kedua, bagi anak nakal pun akan santai (tidak tertantang) kalau dia tahu bahwa lokasi sekolah dekat dengan tempat tinggalnya. Ketiga,  sebaliknya anak pintar dan bermoralitas tinggi belum tentu dapat masuk di sekolah yang diinginkan kalau dia tidak memiliki akses internet yang kuat, sehingga kalah ngeklik.

“Atau dia tinggal di perumahan padat penduduk tapi minim sekolahan. Atau tinggal di desa yang jauh dari sekolahan favorit sehingga dia tetap tinggal di desa tersebut,” terangnya.

Tak hanya itu, bagi anak yang tinggal di pondok pesantren sambil sekolah kelas 6 dan kelas tiganya  pasti akan pindah manakala ingin pindah ke sekolah negeri. “Itulah sebagian logika pendidikan yang akan terbalik yang menafikan prestasi walaupun jalur ini diberi porsi 15 persen, ” ungkapnya.

Akibatnya kompetisi yang terjadi tidak lagi prestasi tapi kompetensi zona. Kompetisinya tidak lagi karakter, moralitas dan kreativitas  tapi murni zona belaka. Menurutnya, banyak anak yang berprestasi tetapi terpuruk karena zonasi.

“Contohnya, ada anak yang nilai ujiannya rendah tetapi bisa masuk di SMA favorit karena ngekliknya dan zonasinya tepat dan terdekat dengan sekolah yang dituju,” ujarnya.

Sebaliknya ada anak yang belajar tekun mengejar prestasi karena ingin masuk di sekolah favorit tetapi begitu berhasil dia akan kecewa karena jauh dari zona. Maka kebijakan tersebut, lanjut Noor Achmad, pasti akan disambut gegap gempita oleh orang tua yang anaknya memiliki kecerdasan yang biasa saja.

“Bahkan anak tidak terlalu pintar tapi masuk zonasi, akhirnya keterima di sekolah favorit. Ditambahkannya, kebijakan tersebut sekilas tampak rata dan adil. Semua anak dapat menikmati tetapi justru membalik logika pendidikan yang berkeadilan yakni kompetisi prestasi.

“Mau diratakan seperti apapun daya tampung sekolah negeri itu maksimal 45 persen dari jumlah lulusan. Oleh karena itu perlu ditinjau ulang lagi sebelum dipastikan berlaku bagi logika pendidikan,” imbuhnya. st

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Jenazah Sutopo Purwo Nugroho akan Dimakamkan di TPU Sasonolayu

Perawat Judes Bisa Akibatkan Pasien Tambah Sakit