Tumbangnya Sektor Raksasa Jawa Tengah

0
Foto Diana 2

Oleh: Diana Dwi Susanti, SST

Statistisi BPS Provinsi Jawa Tengah

PEREKONOMIAN Jawa Tengah pada triwulan II-2020 tumbang hingga minus 5,94 persen dibandingkan triwulan II-2019 (BPS,2020). Penyebab tumbangnya perekonomian Jawa Tengah karena terkontraksinya sektor penopang pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yaitu sektor manufacturing dan sektor jasa.

Perlu diketahui sektor manufacturing menyumbang perekonomian Jawa Tengah sebesar 35,33 persen. Sedangkan sektor jasa menyumbang perekonomian sebesar 46,68 persen. Sisanya sebesar 17,99 persen disumbang oleh sektor primer. Pada saat pandemi, andil pertumbuhan sektor jasa terkontraksi hingga minus 4,62 persen sedangkan sektor manufacturing minus 1,5 persen. Sektor primer andilnya masih tumbuh positif 0,18 persen (BPS 2020, diolah).

Penyebab Kontraksi (minus)

Pertumbuhan ekonomi minus, imbas dari pandemi covid-19 yang kian meluas sehingga berdampak pada aktivitas industri, suplai dan permintaan (demand) serta konsumsi masyarakat yang menjadi penopang utama perekonomian di Jawa Tengah.

Sektor jasa yang menjadi sektor raksasa di Jawa Tengah tumbang karena pembatasan secara parsial atau menyeluruh terhadap sarana moda transportasi sebagai upaya pemerintah untuk memutus rantai penularan dan mengurangi pergerakan virus covid19. Sektor transportasi terkontraksi paling dalam hingga minus 62,95 persen dibandingkan setahun yang lalu (BPS,2020).

Pembatasan moda transportasi juga mempengaruhi fenomena mobilitas penduduk. Sumber https://www.google.com/covid19/mobility menunjukkan selama 1 April – 30 Juni mobilitas orang di dalam rumah cukup tinggi karena efek di rumah saja. Sedangkan efek mobilitas orang ke tempat kerja/sekolah turun tajam karena efek Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH).

Pembatasan ini juga membuat kinerja sektor pariwisata terpukul. Selain pembatasan moda transportasi, penutupan seluruh tempat wisata dan hiburan malam membuat aktivitas ekonomi di sektor akomodasi (restoran dan hotel) terkontraksi hingga minus 19,51 persen. Jasa perusahaan minus 17,47 persen, jasa perdagangan minus 11,59 dan jasa lainnya minus 18,70 persen (BPS,2020).

Tumbangnya sektor raksasa di Jawa Tengah berdampak pada konsumsi masyarakat. Kegiatan masyarakat semakin sempit, perusahaan tidak bisa menjalankan usahanya seperti biasa. Semakin sempit kegiatan bisnis akan memaksa perusahaan melakukan penyesuaian. Dampak negatifnya perusahaan melakukan PHK atau merumahkan karyawannya untuk sementara waktu. Disnakertrans Jawa Tengah telah menghitung sekitar 50 ribu karyawan dirumahkan dan di PHK sejak April 2020. Dengan rincian 74 persen karyawan dirumahkan dan sisanya karyawan di PHK.

PHK atau merumahkan karyawan menyebabkan bertambahnya pengangguran. Pengangguran menyebabkan konsumsi masyarakat melemah secara drastis. Belum lagi pembatasan aktivitas juga membuat pengeluaran masyarakat berkurang sangat signifikan. Konsumsi masyarakat berkurang mempengaruhi kinerja produksi/usaha karena tidak ada permintaan barang atau jasa dari masyarakat.

Sektor rumah tangga mengalami tekanan dari sisi konsumsi karena masyarakat sudah tidak beraktivitas di luar rumah sehingga daya beli pun menurun. Pertumbuhan ekonomi yang selama ini ditopang konsumsi domestik pun terkena imbasnya dan akhirnya terjun bebas. Pengeluaran konsumsi rumah tangga turun hingga level -4,93 persen dibandingkan triwulan I-2020. Padahal kontribusi ekonomi konsumsi rumah tangga cukup besar yaitu 61,73 persen.

Mengungkit Daya Beli Masyarakat Momentum pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 yang terkontraksi harus menjadi pelecut pemerintah untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi supaya tidak masuk dalam jurang resesi pada triwulan III. Untuk mendorong pertumbuhan industri dan jasa diperlukan daya beli masyarakat yang tinggi.

Untuk itu pemerintah perlu menambah pendapatan masyarakat dan memberi insentif bagi dunia usaha agar memiliki ruang gerak untuk kembali berproduksi dan mempekerjakan kembali para karyawan sehingga pendapatan mereka pulih kembali. Satu-satunya pelumas untuk melancarkan perekonomian adalah belanja pemerintah yang diperuntukkan untuk masyarakat dan pelaku usaha.

Pemerintah pusat telah menggelontorkan berbagai bantuan sosial untuk masyarakat miskin. Beberapa kebijakan relaksasi juga telah diperlakukan untuk memberikan stimulasi ekonomi, baik untuk industri besar hingga pada Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM). Tujuannya agar pelaku ekonomi bisa tetap bertahan melewati situasi sulit pandemi Covid19.

Jawa Tengah melalui Gubernur Ganjar Pranowo juga mengeluarkan program Jogo Tonggo dan membeli produk tetangga. Program ini sangat bagus jika bisa diimplementasikan ke setiap warga. Dan warga sadar dan empati dengan keadaan sekitar.

Upaya lain yang tidak kalah penting adalah pemerintah memilih melonggarkan aktivitas produktif bagi perekonomian di tengah masih tingginya jumlah kasus positif Covid19. Dalam hal ini penegakan protokol kesehatan sekeras-kerasnya harus dilakukan, agar masyarakat sehat dan ekonomi segera pulih. 

Dan pesan untuk masyarakat, masyarakat harus sadar untuk menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri. Kesadaran masing-masing individu sangat penting untuk memutus penyebaran virus covid-19 kepada orang lain. st

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version